Tehnik Pemaparan Kisah dalam Al-Qur'an

Tehnik Pemaparan Kisah dalam Al-Qur'an  


 BAB I
PENDAHULUAN

A.    LATAR BELAKANG MASALAH

Al-Quran sebagai petunjuk hidup manusia mengandung nilai nilai tranhistoris, artinya Al-Quran diturunkan dalam realitas sejarah, sebab al-Quran turun sebagai respon kongkrit terhadap sejarah, kurun waktu, peristiwa tertentu dan tempat tertentu. Di sisi lain, Al-Quranpun memiliki nilai transendental, yang karenanya ia bersifat abadi, nilai-nilainya tidak terikat ruang dan waktu, ia melampaui peristiwa-peristiwa yang dengannya pula ia di yakini bersifat abadi. Kajian kisah Al-Quran merupakan menifestasi dari kedua nilai tersebut, yang karenanya ia menjadi wacana yang menarik. Salah satu daya tariknya adalah dari 6342 ayat Al-Quran, 1600 diantaranya merupakan ayat-ayat kisah.[1]

Kisah dalam Al-Quran adalah merupakan fragmen atau potongan-potongan dari berita tokoh atau umat terdahulu. Dari tinjauan sastra kisah mempunyai banyak faidah antara lain dapat merangsang pembaca atau pendengar agar terus mengikuti peristiwa dan pelakunya bahkan kisah dapat mempengaruhi orang-orang terpelajar maupun orang biasa. Oleh karena itu kisah dalam Al-Quran bukan merupakan karya sastra yang bebas, baik dalam tema, tehnik pemaparan atau setting peristiwa-peristiwanya sebagaimana terdapat dalam kisah (rekaan) pada umumnya melainkan sebagai media untuk mencapai tujuan mulia.

Problematika rendahnya pendidikan akhlak akan mengarah pada kehancuran suatu bangsa. Sehingga untuk menyelamatkan generasi bangsa dari kehancuran moral seluruh masyarakat, orang tua dan pendidik harus membiasakan untuk menanamkan pendidikan akhlak yang baik kepada anak-anaknya, agar tercipta generasi penerus bangsa yang mampu menghadapi tantangan hidup. Dalam Al-Quran Luqman Al Hakim adalah seorang figur yang akhlaknya sangat mulia dalam mendidik anak-anaknya.

B.     RUMUSAN MASALAH

Dalam hal ini yang menjadi rumusan masalah adalah :
  1. Bagaimana tehnik pemaparan kisah dalam Al-Quran?
  2. Bagaimana penyajian unsur kisah dalam A-Quran?
  3. Bagaimana Karakteristik dan Asbabun Nuzul dari Surah Luqman?
  4.  Refleksi dari surat Luqman.
 
C. TUJUAN

Penulisan makalah ini bertujuan untuk mengkaji bagaimana Al-Quran memaparkan kisah Luqman Al hakim dalam menanamkan pendidikan akhlak kepada putra-putranya sebagaimana tertuang dalam surat Luqman ayat 12-19, agar dapat diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari.

Selain itu makalah ini disusununtuk memenuhi tugas indifidual pada mata kuliah Studi Al-Quran Teori dan Metodologi yang di ampu oleh Bapak Dr. Muh. Anis, M.A. Semoga bermanfaat bagi para pembaca.

 BAB II 

 PEMBAHASAN

A.    Kisah dalam Al-quran dan Tehnik Pemaparannya

Kisah berasal dari kata qashasha- yuqushshu- qishshatan yang mengandung    arti potongan, berita yang diikuti dan pelacak jejak. Menurut Ar- Razi kisah adalah penelusuran jejak masa lalu. Sementara Rasyid ridha berpendapat bahwa kisqh merupakan bentuk masdar dari qashsha yang berarti berita.

Dari segi istilah kisah dalam Al-Quran adalah Fragmen atau potongan-potongan dari berita tokoh atau umat terdahulu. Dalam kajian linguistik modern pembahasan kisah Al- Quran mencakup empat hal yaitu tehnik pemaparan kisah, penyajian unsur-unsur kisah, pengulangan kisah dan seni penggambaran kisah.

1.      Tehnik Pemaparan Kisah

Sayyid Quttub menjelaskan bahwa teknik pemaparan kisah dapat uraikan sebagai berikut:
 
Berawal dari kesimpulan

Diantara kisah-kisah yang di paparkan dalam Al-Quran ada yang di mulai dari        kesimpulan lalu diikuti dengan rinciannya yaitu dari fragmen pertama hingga fragmen terakhir.Sebagai contoh kisah nabi Yusuf dalam surah Yusuf.
 
Berawal dari ringkasan kisah
Dalam hal ini kisah diawali dari ringkasan lalu diikuti rinciannya dari awal hingga akhir. Contoh kisah Ashhabul Kahfi yang di mulai dari kisah secara garis besar.
 
Berawal dari adegan klimak

Pola pemaparan kisah ini berawal dari adegan klimaks lalu di kisahkan rinciannya sampai akhir. Kisah yang menggunakan pola ini antara lain kisah Musa dan Fir’aun dalm surah al-Qashas 3-5 yang berawal dari keganasan Fir’aun[2]

Dengan dipilihnya pola pemaparan kisah pertama, kedua dan ketiga ini, pembaca atau pendengar dapat mengetahui terlebih dahulu gambaran secara umum tentang suatu kisah dan mendorong mereka untuk segera mengetahui rinciannya.
 
Tanpa Pendahuluan

Di dalam Al-Quran terdapat kisah-kisah yang tidak diawali dengan pendahuluan, tetapi langsung kepada materi, seperti kisah Musa dalam mencari ilmu dalam surat al-Kahfi ayat 60-82. Dalam kisah tersebut disitu tidak di gunakan pendahuluan, tetapi langsung pada materinya.

Sekalipun pemaparan kisah dimulai tanpa pendahuluan, namun di dalamnya di muat dialog atau peristiwa yang mengundang minat pembaca atau pendengar untuk mengetahui kisah tersebut sampai tuntas.
 
Penyisipan Nasihat Keagamaan

Pemaparan kisah dalam Al-Quran sering disisipi nasihat keagamaan, nasihat itu antara lain berupa penegasan akan keesaan Alloh dan keharusan beriman kepada hari akhir. Misalnya ketika Al-Quran menuturkan kisah nabi Musa dalam surah Thaha ayat 9-98 ditengah-tengah kisah disisipkan nasihat tentang Kemahaagungan Tuhan juga mengenai Kiamat (50-55)[3]

Dengan demikian tema sentral dari ayat-ayat yang memuat kisah-kisah dalam Al-Quran adalah kisah para nabi atau umat terdahulu, namun secara perlahan, para pembaca di giring kepada ajaran agama yang bersifat universal. Hal ini dapat dijadikan bukti bahwa komitmen kisah dalam Al-Quran terhadap tujuan agama sangat tinggi.

B.     Karakteristik dan Asbabun Nuzul Surat Luqman

Diantara sekian banyak kisah dalam Al-Quran adalah kisah seorang tokoh bijak yang sedang memberikan nasihat kepada putranya. Dialah Luqman yang diabadikan menjadi salah satu nama surah. Secara  umum kisah tersebut merupakan peringatan kepada pembaca akan suatu kenyataan bahwa pendidikan anak merupakan tanggung jawab orang tua Sebagai acuan dalam mendidik anak inilah kisah Luqman dimunculkan.

Wahbah Zuhayli menerangkan bahwa surah Luqman termasuk surah Makiyah, terdiri dari 34 ayat, diturunkan setelah surah Shaffat. Sementara AlQuthubi menyebutkan bahwa surah Luqman termasuk kelompok surah Makiyah kecuali ayat 27-29 ketiganya turun di madinah.[4]

Dinamakan surah Luqman dalam surah tersebut terdapat kisah Luqman yang nama lengkapnya adalah Luqman bin Ba’ura, salah seorang putra nabi Ayyub termasuk suku Naubah dan merupakan bagian dari masyarakat Ailah yakni sebuah kota yang berada di sekitar laut Kulzum Ia hidup pada masa nabi Daud dengan julukan “al-Hakim” (Yang bijak)[5]

Mayoritas mufassir mempermasalahkan apakah ia seorang nabi apakah hanya hamba Alloh yang sholih yang di berikan kelebihan hikmah. Dalam hal ini  Imam Asy-Syaukani menjelaskan, mayoritas mufassirin menyimpulkan bahwa Luqman al-Hakim bukan seorang nabi, tapi hamba Alloh yang di beri kelebihan dari hamba lainnya, yakni di beri hikmah. Dan anaknya bernama An’an atau Tsaran atau Asykan.[6]

Wahbah Zuhayli  menjelaskan bahwa Asbabun Nuzul dari surat Luqman ini, ada orang Quraisy datang kepada Rosululloh yang meminta di jelaskan kepadanya berkaitan dengan kisah Luqman al-Hakim dan anaknya. Rosulpun membacakan surah Luqman.

Pokok-pokok ajaran yang terdapat dalam surah tersebut terdiri dari:
  • Keimanan kepada Alloh, para nabi dan hari kiamat.
  • Kisah Luqman merupakan potret orang tua dalam mendidik anaknya dengan ajaran keimanan. Dengan pendidikan persuasif Luqman dianggap sebagai profil pendidik yang bijaksana sehinnga Alloh mengabadikannya dalam Al-Quran dengan tujuan sebagai ibrah bagi para pembaca.
  • Karakteristik manusia pembangkang. Alloh menjelaskan karakteristik manusia pembangkang terhadap perintah-Nya sehingga pada akhirnya mereka tidak mau mendengarkan Al-Quran.
Surah Luqman ayat 12-19

  وَلَقَدْ آتَيْنَا لُقْمَانَ الْحِكْمَةَ أَنِ اشْكُرْ لِلَّهِ وَمَنْ يَشْكُرْ فَإِنَّمَا يَشْكُرُ لِنَفْسِهِ وَمَنْ كَفَرَ فَإِنَّ اللَّهَ غَنِيٌّ حَمِيدٌ (١٢)
  
وَإِذْ قَالَ لُقْمَانُ لابْنِهِ وَهُوَ يَعِظُهُ يَا بُنَيَّ لا تُشْرِكْ بِاللَّهِ إِنَّ الشِّرْكَ لَظُلْمٌ عَظِيمٌ (١٣)
 
وَوَصَّيْنَا الإنْسَانَ بِوَالِدَيْهِ حَمَلَتْهُ أُمُّهُ وَهْنًا عَلَى وَهْنٍ وَفِصَالُهُ فِي عَامَيْنِ أَنِ اشْكُرْ لِي وَلِوَالِدَيْكَ إِلَيَّ الْمَصِيرُ (١٤)
 
وَإِنْ جَاهَدَاكَ عَلى أَنْ تُشْرِكَ بِي مَا لَيْسَ لَكَ بِهِ عِلْمٌ فَلا تُطِعْهُمَا وَصَاحِبْهُمَا فِي الدُّنْيَا مَعْرُوفًا وَاتَّبِعْ سَبِيلَ مَنْ أَنَابَ إِلَيَّ ثُمَّ إِلَيَّ مَرْجِعُكُمْ فَأُنَبِّئُكُمْ بِمَا كُنْتُمْ تَعْمَلُونَ (١٥)
 
يَا بُنَيَّ إِنَّهَا إِنْ تَكُ مِثْقَالَ حَبَّةٍ مِنْ خَرْدَلٍ فَتَكُنْ فِي صَخْرَةٍ أَوْ فِي السَّمَاوَاتِ أَوْ فِي الأرْضِ يَأْتِ بِهَا اللَّهُ إِنَّ اللَّهَ لَطِيفٌ خَبِيرٌ (١٦)
 
 يَا بُنَيَّ أَقِمِ الصَّلاةَ وَأْمُرْ بِالْمَعْرُوفِ وَانْهَ عَنِ الْمُنْكَرِ وَاصْبِرْ عَلَى مَا أَصَابَكَ إِنَّ ذَلِكَ مِنْ عَزْمِ الأمُورِ (١٧)
 
وَلا تُصَعِّرْ خَدَّكَ لِلنَّاسِ وَلا تَمْشِ فِي الأرْضِ مَرَحًا إِنَّ اللَّهَ لا يُحِبُّ كُلَّ مُخْتَالٍ فَخُورٍ (١٨)وَاقْصِدْ فِي مَشْيِكَ وَاغْضُضْ مِنْ صَوْتِكَ إِنَّ أَنْكَرَ الأصْوَاتِ لَصَوْتُ الْحَمِيرِ (١٩)

12.  Dan sesungguhnuya Kami telah memberi hikmah kebijaksanaan kepada Luqman,     (serta Kami perintahkan kepadanya) bersyukurlah kepada Alloh. Dan barang siapa bersyukur pada hakikatnya ia bersyukur untuk dirinya sendiri, barang siapa tidak bersyukur sesungguhnya Alloh Maha Kaya dan Maha Terpuji.

13. Dan (ingatlah) ketika Luqman berkata kepada anaknya pada saat ia memberi pelajaran , “ Wahai anakku, janganlah engkau menyekutukan Alloh (dengan sesuatu yang lain), sesungguhnya perbuatan syirik itu adalah satu kedzaliman yang besar.

14. Dan Kami wajibkan manusia berbuat baik kepada kedua ibu bapaknya, ibunya telah mengandungnya dengan menanggung kelemahan demi kelemahan (dari awal mengandung hingga akhir menyusuinya) dan waktu menyapih susunya ialah dalam masa dua tahun. (dengan demikian) bersyukurlah kepada-Ku dan kedua ibu bapakmu, ban( ingatlah) kepada-Ku jua engkau kembali. (untuk menerima balasan)

15. Dan jika merka berdua mendesakmu supaya engkau mrnyekutukan dengan-Ku sesuatu yang engkau tidak sendiri tidak mengetahuinya, maka janganlah engkau taat kepada mereka, dan bergaullah dengan mereka di dunia dengan cara yang baik. Dan turutlah jalan orang-orang yang rujuk kembali kepada-ku (dengan tauhid dan amal-amal shalih). Kemudian kepada-Ku jua kamu semua akan dikembalikan, Aku akan menerangkan segala yang kamu telah kerjakan.

16. (Luqman menasihati anaknya dengan berkata), “Wahai anakku, sesungguhnya jika ada sesuatu perkara (yang baik atau yang buruk) sekalipun seberat biji sawi, serta ia tersembunyi di dalam batu besar atau di langit ataupun di bumi, sudah tetap akan di bawa oleh Alloh (untuk di hakimi dan di balas-Nya), karena sesungguhnya Alloh Maha Halus pengetahuan-Nya, lagi amat meliputu Segala yang tersembunyi.

17. Wahai anakku, dirikanlah sholat, dan suruhlah (manusia) berbuat baik, laranglah (mereka) agar tak bertindak mungkar, dan bersabarlah atas segala bala bencana yang menimpamu. Sesungguhnya yang demikian itu adalah perkara-perkara yang di wajibkan (oleh Alloh)

18. Dan janganlah engkau memalingkan mukamu (karena memandang rendah) kepada sebagian manusia, dan janganlah engkau berjalan di bumi dengan cara  sombong, sesungguhnya Alloh tidak suka kepada orang-orang yang sombong lagi bangga diri.

19. Dan sederhanakanlah langkahmu ketika berjalan juga rendahkanlah suaramu (ketika berbicara), sesungguhnya seburuk-buruk suara adalah suara keledai[7][8].

Dari penjelasan ayat diatas kisah ini di awali dengan pendahuluan yang termaktub dalam ayat 12, disitu di jelaskan tentang profil Luqman yang di beri hikmah oleh Alloh, dan dengan hikmah tersebut ia dapat mengajarkan langkah-langkah agar mampu bersyukur.

Dalam kisah Luqman ini terdapat tiga unsur penyajian kisah yaitu:
  1. Tokoh utama diperankan oleh Luqman, dan putranya yang bernama Asykan yang dijadikan nama dari surah tersebut.
  2. Dalam setting peristiwa di gambarkan seorang bapak yang bijak sedang berdialog dengan penuh keakraban dengan anaknya untuk menanamkan katauhidan. Hal ini dapat di lihat dari dialog yang diawali dengan kata yaa bunayya yang menunjukkan panggilan kesayangan. Panggilan ini di gunakan pula oleh nabi Ibrahim ketika berdialog dengan putranya, juga nabi Nuh dengan putranya.
  3. Dialog yang di gunakan menggunakan gaya ijaz yakni pesan di sam[paikan dalam bahasa yang singkat, padat dan argumentatif dan gaya bahasa kinayah untuk lebih mengkongkritkan pesan yang di sampaikan secara abstrak.
C.    Refleksi Surah Luqman

Telah di sebutkan di muka bahwa  kisah Luqman muncul sebagai petunjuk bagi orang tua dalam mendidik anaknya. Dalam hal ini analisis terhadap surah Luqman : 12-19 akan di batasi pada masalah yang berkaitan dengan pendidik, Tujuan dan Kurikulum.

1.      Pendidik

Dalam kisah tersebut Luqman Al-Hakim biasa  sebagai  manusia di tampilkan sebagai sosok pendidik yang yang sedang mendidik anaknya. Kata kunci yang menjelaskan profil pendidik adalah kata al-hikmah yang dimiliki Luqman.

Dalam Al-Quran kata hikmah terulang sebanyak  duapuluh kali, yang kesemuanya dapat dikelompokkan menjadi empat yakni
  • Hikmah yang berarti sunnah. ( al-Ahzab; 34, al- Baqarah; 231, dan an- Nisa; 113)
  • Hikmah dalam arti kenabian ( Al-Baqarah;251, Asy-Sy’ara; 21, an-Nisa; 54, al Qashash; 14 dan Shad; 20)
  • Hikmah dalam pengertian metode atau pendekatan ( An-Nahl; 125)
  • Hikmah dalam arti ilmu yang benar dan sehat ( Surat Al-Baqarah;269)
Dari uraian diatas  dapat disimpulkan bahwa orangtua merupakan pendidik  pertama bagi anak-anaknya , maka ia harus mempunyai sifat sebagai berikut:
  1. Shidiq yang berarti jujur, sifat jujur ini mencakup jujur kepada diri sendiri, dalam arti keterbukaan jiwa dan tidak pernah mau menggadaikan makna hidupnya untuk perbuatan yang bertentangan dengan keyakinan. Jujur terhadap orang lain, dalam arti berkata dan berbuat benar juga memberikan manfaat yang sebesar-besarnya bagi orang lain. Jujur kepada Alloh, dalam arti seluruh kegiatan termotifasi hanya untuk ibadah kepada-Nya. Dari shidik ini para guru tidak hanya bertanggung ajwab kepada atasan lebihn dari itu mereka juga bertanggung jawab kepada Alloh.
  2. Istiqamah. Dalam prosesnya sifat terpuji ini akan membentuk pribadi yang disiplin Yang akan melahirkan guru kreatif yang berdedikasi tinggi dan menjadi uswah hasanah bagi anak didiknya.
  3. Fahonah. Kecerdasan  kecerdasan ini meliputi kecerdasan intelektual, emosional dan terutama kecerdasan spiritual. Dari guru yang memiliki sifat fathanah ini akan melahirkan anak-anak yang cerdas dan berakhlak mulia.
  4. Amanah. Dapat di percaya, menghormati, dihormati dan memberi rasa anyaman kepada orang lain. Jika seorang guru ia dapat memberi rasa damai kepada muridnya, jika orang tua dia dapat memberi rasa aman kepada anaknya, jika pemimpin dia dapat memberi rasa tentram kep[ada rakyatnya.
  5. Tabligh. Sifat tabligh harus di miliki oleh setiap para guru. Yang meliputi kemampuan berkomunikasi dengan anak didik, memiliki jiwa kepemimpinan, dapat mengembangkan dan meningkatkankualitas sumber daya insani, serta memiliki kemampuan untuk mengelola sesuatu.

2.      Tujuan

Tujuan merupakan salah satu hal yang sangat penting dalam pendidikan anak. Dengan adanya tujuan, orang tua akan mempunyai orientasi dan dengannya pula akan mempermudah dalam menentukan langkah-langkah untuk mencapai tujuan yang di tetapkan.Dalam hal ini  dalam surah Luqman ayat 12-19 kata kunci yang berkaitan dengan tujuan pendidikan adalah kata Asykur yang tercantum setelah kata al-hikmah, yang menurut Al Maraghi menerjemahkan kata asy-syukru dengan At-Tha’atu (ketaatan). Jika konsep syukur di kaitkan dengan tujuan pendidikan keluarga pada khususnya, maka dapat di rumuskan bahwa tujuan pendidikan menurut ayat tersebut adalah menumbuh kembangkan seluruh potensi yang dimiliki anak dalam ketaatan kepada Alloh.

3.      Kurikulum

Sebagaimana di jelaskan Alloh pada ayat 12 surat Luqman bahwa Luqman sebagai manusia biasa bukan nabi, namun ia memperoleh anugerah al-Hikmah dari Alloh sehingga dapat mendidik anaknya menjadi hamba Allo yang senantiasa bersyukur. Langkah –langkah Luqman dalam uapaya mencapai ‘abdan syakuura’ di jelaskan dalam ayat 13-19 sebagai berikut:

o   Larangan berbuat syirik


Isi kurikulum pertama yang disampaikan Luqman pada putranya adalah keimanan dan larangan berbuat syirik kepada Alloh

Dari segi redaksin ayat tersebut diawali dengan kata ‘Yaa bunayya’ yang merupakan panggilan kesayangan yang menunjukkan rasa cinta amat orang tua kepada anaknya. Ayat ini mengindikasikan bahwa seorang pendidik yang baik harus memaham,i karakteristik anak didiknya serta menghargai dengan baik. Larangan berbuat syirik diungkapkan dengan fi’il mudhari’ yang mengidikasikan lil-istimrar dalam arti sejak dini para pendidik harus menciptakan lingkungan yang kondusif agar terbebas dari situasi dan kondisi yang menjerumuskan pada kemusyrikan.

o   Berbuat baik kepada orang tua
Keharusan berbuat baik kepada orang tua disertai penjelasan susah payahnya orang tua mengurus anak, mulai dari mengandung, sampai menyapih sampai umur dua tahun. Keharusan berbuat baik kepada orang tua juga di batasi oleh aturan-aturan Alloh, dan dalam kondisi yang paling pahit jika orang tua mengajak untuk tidak taat kepada Alloh maka ajakan itu harus di tolah, dengan catatan tetap menjaga hubungan baik dengan orangtua.

o   Keimanan


Setelah membahas syirik dan bahayanya dalam kehidupan Luqman, Luqman mengajarkan keimanan atau sifat-sifat Alloh kepada anaknya dengan mengilustrasikannya dalam perumpamaan jika ada aktifitas yang setara biji sawi atau biji yang paling kecil berlokasi di bukit batu di manapun Alloh Maha Sensitif dan Maha Mengetahui.Penggandengan dua asmaul husna ini mengindikasikan bahwa adanya keikhlasan dalam melaksanakan segala aktifitas , jika di kaitkan dengan pendidikan evaluasi pendidikan semestinya tidak hanya di laksanakan di akhir kegiatan, tetapi harus di laksanakan sejak awal proses sampai akhoir kegiatan dan menyangkut seluruh aspek kehidupan baik yang nampak maupun yang tidak tampak.

o   Shalat dan amar ma’ruf nahi mungkar.

Dijelaska oleh Wahbah Zulayli bahwa penegakan nilai-nilai shalat merupakan manifestasi dari ketaatan kepada Alloh, semakin kuat komunikasi tersebut semakin kukuh keimanannya. Demikian halnya dengan amar ma’ruf nahi munkar ia merupakan wujud kepedulian terhadap keselamatan sesama. Upaya amar ma’ruf nahi munkar ini membuyuhkan stamina yang kuat sebab mengandung resiko yang berat. Oleh karena itu pada akhir ayat ada perintah bersikap sabar dalam kondisi apapun dan jangan keluar dari taat kepada Alloh.[9]

o   Etika

Untuk melaksanakan tugas amar ma’ruf nahi munkar  perlu dibarengi akhlak yang mulia. Yakni saling menghormati dan menghargai sesama manusia yang di landasi iman ke[pada Alloh. Seperti diungkapkan pada ayat 18

 يَا بُنَيَّ أَقِمِ الصَّلاةَ وَأْمُرْ بِالْمَعْرُوفِ وَانْهَ عَنِ الْمُنْكَرِ وَاصْبِرْ عَلَى مَا أَصَابَكَ إِنَّ ذَلِكَ مِنْ عَزْمِ الأمُورِ (١٧)

Ayat tersebut mengandung larangan terhadap sikap takabbur dihadapan orang lain lantaran sikap tersebut merupakan wujud manusia musyrik.

Disisi lain ayat ini menekankan untuk menghargai orang lain dengan cara berkomunikasi dengan baik yang diungkapkan sebagai qaulan kariima ( perkataan yang mulia)


KESIMPULAN

Dari sisi redaksi secara keseluruhan nasihat Luqman berisi sembilan perintah, tiga larangan dan tujuh ta’lilah (argumentasi). Kesembilan perintah itu adalah:
  1. Berbuat baik kepada orang tua.
  2. Syukur kepada Alloh dan orang tua.
  3. Berkomunikasi dengan baik kepada orangtua
  4. Mengikuti pola hidup Anbiya’ dan Mursalin
  5. Menegakkan shalat
  6. Amar Ma’ruf
  7. Nahi Munkar
  8. Sederhana dalam Kehidupan
  9.  Bersikap sopan dalam berkomunikasi
Adapun yang berbentuk larangan adalah:
  1. Larangan syirik
  2. Larangan bersikap sombong
  3. Larangan berlebihan dalam kehidupan
Sedangkan ketujuh ta’lilah (argumentasi) tersebut adalah:
  1. Barang siapa bersyukur, sungguh syukurnya itu untuk dirinya sendiri, dan barang siapa kufur, sesungguhnya Alloh Maha Kaya dan Maha Terpuji.
  2. Sesungguhnya syirik itu merupakan kedzaliman yang besar.
  3. Kepada-Nya manusia dikembalikan untuk mempertanggung jawabkan apa yang telah diperbuatnya selama hidup di dunia.
  4. Sesungguhnya Alloh maha mengetahui sesuatu
  5. Sesungguhnya semua itu merupakan azmil umur
  6. Sesungguhnya Alloh tidak menyukai orang yang sombong
  7. Sesungguhnya sejelek-jelek suara adalah suara keledai.

                                         DAFTAR  PUSTAKA


1.      Al-Quran dan Terjemahnya, Departemen Agama. Jakarta.

2.      DR. Nur Wadjah Ahmad E.Q.  Tafsir ayat-ayat Pendidikan. Marja Bandung

[1] DR. Nurwajdah Ahmad E.Q. Tafsir Ayat-Ayat Pendidikan Marja Bandung.

[2] DR. Nur Wadjah Ahmad E.Q.Tafsir Ayat-Ayat Pendidikan.Marja. Bandung.

[3] DR. Nurwadjah Ahmad EQ. Tafsir Ayat-ayat Pendidikan. Marja. Bandung.

[4] Wahbah Zuhayli. Tafsir Al munir

[5] ibid

[6] DR. Nurwadjah Ahmad E.Q Taqfsir ayat-ayat pendidikan. Marja. Bandung.

[7] AlQur-an dan Terjemahnya. Departemen Agama. Jakarta

[9] Dr Nur Wadjah Ahmad E.Q. Tafsir ayat-ayat Pendidikan. Marja. Bandung.
 

Subscribe to receive free email updates:

0 Response to "Tehnik Pemaparan Kisah dalam Al-Qur'an "

Posting Komentar