KONSEP IMAN DALAM AL-QURAN DAN PENDIDIKAN KARAKTER

KONSEP IMAN DALAM AL-QURAN DAN PENDIDIKAN KARAKTER

Oleh : Cholilurrochman 


BAB I

PENDAHULUAN


A.    LATAR BELAKANG

 
وَلَوْ أَنَّ أَهْلَ الْقُرَى آمَنُوا وَاتَّقَوْا لَفَتَحْنَا عَلَيْهِمْ بَرَكَاتٍ مِنَ السَّمَاءِ وَالْأَرْضِ وَلَكِنْ كَذَّبُوا فَأَخَذْنَاهُمْ بِمَا كَانُوا يَكْسِبُونَ

Artinya: Jikalau sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertakwa, Pastilah kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi mereka mendustakan (ayat-ayat kami) itu, Maka kami siksa mereka disebabkan perbuatannya. (Al-a’rof: 96)

Banyaknya kejahatan seperti pencurian, penjambretan, pemerkosaan, tindakan korupsi dll, itu mengindikasikan bahwa nilai keimanan dan ketaqwaan terhadap Allah telah berkurang. Implikasi dari itu tidak kejahatan, kecurangan, sikap acuh dll menjadi merajalela. Apalagi jika hal itu dilakukan terus menerus akan membuat rasa tidak bersalah itu hilang. Yang terjadi adalah hatinya sudah tertutup dari cahaya ilahi. Ibarat manusia punya dimensi lahiriah dan namun sakit secara batiniahnya sehingga sikap dan tingkah lakunya merupakan bentuk dari manifestasi dari batiniah yang sakit itu.

Islam datang pada masa jahiliah ataupun masa sekarang memberikan cahaya islami untuk mengenal dan mengakui atau beriman kepada Allah serta memberi ajaran untuk menghormati, bahkan mengatur hubungan manusia itu dengan sekitarnya sehingga ada pada jalur fitrah manusia itu. Sehingga ketika manusia mengimani Allah kemudian menjalankan perintahNya dan menjahui segala laranganNya maka manusia seharusnya bisa meninggalkan sifat acuh, iri, benci dll sehingga tidak akan ada tindakan kejahatan, yang terjadi hanyalah saling memaafkan dan saling mengasihi. Dari situlah hati yang gelap atau tertup menjadi terbuka dengan cahaya dan penuh dengan pancaran Illahi sehingga pancaran itu dapat dirasakan orang lain melalui sifat dan sikapnya. Bahkan Allah melimpahkan segala berkahnya dari segala penjuru, baik dari langit maupun dari bumi.

Melihat uraian diatas, benarkah kepercayaa itu bisa melahirkan sikap terhadap pemeluknya sehingga karakter seseorang bisa berubah? Atu bahkan karakter itu memang sudah lahir dan memang begitu seterusnya dan kalupun berubah akan kembali kesemula? Maka dalam makalah ini penulis mencoba untuk membahas hal itu lebih lanjut.

B.    RUMUSAN MASALAH

1.    Apa definisi iman dalam Al-quran?
2.    Apa dan bagaimana pendidikan karakter itu?
3.    Bagimana Konsep iman dalam pembentukan karakter?

C.    TUJUAN PENULISAN

1.    Untuk mengetahui konsep iman dalam al-Quran.
2.    Untuk mengetahui pendidikan karakter yang berdasar pada iman sebagaimana yang ada dalam A-Quran. 

BAB II

PEMBAHASAN

A.    Definisi Iman dan konsep iman dalam Al-quran

Iman berasal dari basa arab, bentuk masdar dari kata  امن – يؤمن - ايمانا  yang mengandung makna Percaya, Tunduk Tentram dan Tenang . Sedangkan pengertian iman menurut berberapa ulama. Menurut Imam Abu Hanifah iman ialah mengikrarkan (dengan lidah) dan membenarkan (dalam hati). Menurut para ulama lain Hasbi As-Shidiqyiman ialah mengucapkan dengan lidah, membenarkan dengan hati dan mengerjakan dengan tubuh. Menurut ulama salaf (Imam Ahmad dan Imam Syafi’i) bahwa iman adalah sesuatu yang diyakini dalam hati, di ucapkan dalam lisan dan di amalkan dalam perbuatan. Menurut imam Al Ghazali iman itu adalah peng-Esaan kepada sang pencipta.

Pengertian Iman Dalam Hadis di sebutkan bahwa Iman itu adalah jika engkau Percaya kepada Allah, Para malaikat Allah, kitab-kitab Allah, hari kiamat dan percaya kepada Qodar yang baik dan buruk. Sehingga itu dikenal sebagai Rukun iman. Hal ini oleh Al Ghazali sebagai bentuk dari implementasi dari iman. Sehingga orang yang beriman harus bersikap ada sikap tawakal.

Dalam Al-quran Al-Hujurat : 15 “Sesungguhnya orang-orang mu’min itu hanyalah orang-orang yang percaya (beriman) kepada Allah dan Rasul-Nya, kemudian mereka tidak ragu-ragu dan mereka berjuang (berjihad) dengan harta dan jiwa mereka pada jalan Allah. Mereka itulah orang-orang yang benar”. Bahwasanya orang yang beriman (mukmin) itu tidak memiliki keraguan sedikitpun. Sehingga ketika masih ada keraguan maka itu masih belum disebut iman.

Dari definisi di atas penulis coba simpulkan bahwasanya iman itu tidak sebatas bermakna percaya, namun ada bentuk pengungkapan keyakinan dengan tanpa keraguan dari lisan dan sikap atau perbuatan. Jadi iman disini buakn hanya merupakan pekerjaan dari hati, tetapi juga merupakan perbuatan tubuh atau sikap dari tubuh, dalam istilah yang familiar kita kenal tawakal. Itu artinya apa yang kita imani akan memberikan sikap takwa dan sikap takwa merupakan bentuk nyata dari iman. Sehingga orang yang beriman melahirkan sikap atau perbuatan. Kemudian dari sikap atau perbuatan yang melekat itu bisa menunjukkan karakter seseorang.

Indikator orang beriman :

1.    Menggetarkan hati apabila membaca, mendengar ayat Allah

Firman Allah menjelaskan dalam Al-Quran surat Al-Anfal ayat 2

إِنَّمَا الْمُؤْمِنُونَ الَّذِينَ إِذَا ذُكِرَ اللَّهُ وَجِلَتْ قُلُوبُهُمْ وَإِذَا تُلِيَتْ عَلَيْهِمْ آيَاتُهُ زَادَتْهُمْ إِيمَانًا وَعَلَىٰ رَبِّهِمْ يَتَوَكَّلُونَ

Artinya:
Sesungguhnya orang-orang yang beriman (orang yang sempurna imannya) ialah mereka yang bila disebut nama Allah (menyebut sifat-sifat yang mengagungkan dan memuliakannya) gemetarlah hati mereka, dan apabila dibacakan ayat-ayatNya bertambahlah iman mereka (karenanya), dan Hanya kepada Tuhanlah mereka bertawakkal.

2.    Beribadah, seperti menjalankan perintah dari rukun islam

Sebagai mana dalam firman Allah Dalam alquran banyak ayat yang menyebutkan bahwa setelah kata yaa ayuhal lazdina amanu” diikuti kata “wa ‘amilus sholihati”

3.    Taat pada Allah dan Rosul-Nya
. Al-Anfal :24

يَاأَيُّهَا الَّذِينَ ءَامَنُوا اسْتَجِيبُوا للهِ وَلِلرَّسُولِ إِذَا دَعَاكُمْ لِمَا يُحْيِيكُمْ وَاعْلَمُوا أَنَّ اللهَ يَحُولُ بَيْنَ الْمَرْءِ وَقَلْبِهِ وَأَنَّهُ إِلَيْهِ تُحْشَرُونَ

Hai orang-orang yang beriman, penuhilah seruan Allah dan seruan Rasul apabila Rasul menyeru kamu kepada suatu yang memberi kehidupan kepada kamu, Ketahuilah bahwa Sesungguhnya Allah membatasi antara manusia dan hatinya (Allah-lah yang menguasai hati manusia) dan Sesungguhnya kepada-Nyalah kamu akan dikumpulkan.

4.    Beramal dan berdakwah degan penuh kesabaran
. Al-‘Ashr:3

إِلَّا الَّذِينَ آَمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ وَتَوَاصَوْا بِالْحَقِّ وَتَوَاصَوْا بِالصَّبْرِ

Kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan nasehat menasehati supaya mentaati kebenaran dan nasehat menasehati supaya menetapi kesabaran.

Dari indikator diatas dapat kita ketahui bukti dari iman adalah seprangkat sikap, watak, kegiatan ibadah yang disandarkan untuk mendapatkan ridho kepada Allah SWT dengan penuh keikhlasa. Jadi terasa jelas jika ada orang yang rajin beribadah, tidak lain karena iman.

B.    Pendidikan Karakter

Secara bahasa kata karakter berasal dari bahasa ingris character yang berarti sifat atau watak, dalam kamus bhasa indonesia karakter diartikan dengan, tabiat, sifat-sifat kejiawaam, akhlak atu budi pekerti yang membedakan antara orang satu dengan orang lain dan watak. Thomas Licnoka mengemukakan karakter adalah “A reilable inner disposition to respon to situation in morally good way.” Kemudian dia menambahkan “Character so conceived has three interrelated parts: moral knowing, moral feeling and moral behavior” dari situ dapat kita ketahui bahwa karakter mengacu pada serangkaian pengetahuan, sikap, motivasi, prilaku dan ketrampilan. Dalam kamus psikologi, karakter adalah kepribadian ditinjau dari tolak etis atau moral, misalnya kejujuran seseorang biasanya mempunyai kaitan dengan sifat-sifat yang relatif tetap. Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa karakter adalah seprangkat pengetahuan, kualitas mental, aklak atau budi pekerti yang menjadi kepribadian khusus yang membedakan individu lain. 

Ada beberapa teori pendidikan yang kaitannya dengan Karakter, pertama dari tori empirisme yang menyatakan bahwa karakter seseorang itu bukan berasal dari bawaan, namun dari pengalaman yang ia dapatkan. Sedangkan yang kedua, dari Nativisme menyatakan bahwa karakter itu sudah bawaan dari lahir, jika bawaannya baik maka manusia itu akan berkarakter baik. Tori yang ketiga dari konvergensi yang menyatakan bahwa baik buruknya karakter itu bisa jadi dari bawaan dan pengalaman . Bagai bukti ada istilah mantan penjahat, mantan kyai, mantan preman dll. Bukti Itu menunjukkan adanya perubahan karakter individu meskipun ada individu yang tidak mau bertobat, yang jelas dalam setiap manusia ada hati nurani yang selalu membisikkan kebaikan. Terlepas dari itu pedidikan sangat penting sehingga para guru berharap bawa mereka membentuk karakter anak didiknya. Ini mengiindikasikan bahwa adanya pendidikan karakter didalam pendidikan. Dalam Al-quran surat Ar-ra’d ayat 11 Allah berfirman “.... Sesungguhnya Allah tidak merubah suatu kaum sehingga mereka merubah keaadaannya yang ada pada dirinya sendiri”

Baik buruknya karakter tergantung pada tata nilai yang menjadi pijakannya . Jika seseorang menjadikan sistim nilai dari agama sebagai tumpuan nilai yang junjung tinggi maka cara merealisasikan karakternya dengan mengikatkan jiwanya dengan ukuran-ukuran peribadatan dengan tuhan. sehingga karakter yang di bangun karena keimanan dari tuhan itu terpancar dari akhlaknya, jika sistim nilai itu yang diambil dari hasil pemikiran manusia, maka ukuran kebenaran karakter yang muncul antara individu satu dengan yang lain berbeda. Contohnya aliran hidonisme menekan kebahagian duniawi, aliran intuisi menekan kekuatan batin batiniah sebagai tolok ukur kebenarannya, ada pula dari aliran adat kebiasaan yang menilai kebiasaan yang sudah dipraktekkan sebagai ukurannya.

Fungsi dan Tujuan Pendidikan Karakter

Berbicara tentang fungsi dan tujuan pendidikan karakter, hal ini tidak terlepas dari fungsi dan tujuan pendidikan nasional yang tertuang secara apik dan bijaksana dalam UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Termaktub dalam bab II pasal 3 dinyatakan pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yag bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga Negara yang demokratis serta bertanggung jawab . Disamping itu Luther King juga berkata “Intelligence plus character, that is the true aim of education”. Jadi karakter adalah kecerdasan tersendiri yang tampak pada watak atau sikap . Maka tujuan itu mengacu pada kecerdasan yang berupa perubahan watak yang mulia.

Fungsi dan tujuan pendidikan karakter memiliki andil yang sangat besar dalam menentukan arah dan sebagai pedoman internalisasi karakter. Dengan fungsi dan tujuan tersebut diikhtiarkan terwujud insan kamil yang mempunyai posisi mulia di sisi Allah SWT. Secara garis besar pendidikan karakter merupakan jalan dalam mewujudkan masyarakat beriman dan bertaqwa yang senantiasa berjalan di atas kebenaran dengan menjunjung tinggi nilai-nilai keadilan, kebaikan, musyawarah, serta nilai-nilai humanisme yang mulia.

Strategi pembentukan karakter

Ada tiga tahap strategi yang harus dilalui anak didik menuju terbentuknya akhlak yang mulia.

1.    Learning to know

Disini siswa diarahkan untuk mengetahui, membedakan, memahamkan nilai yang bagus untuk dilaksanakan dan nilai yang tidak harus dijalankan.

2.    Moral Feeling

Tahap ini siswa dirahkan untuk menumbuhkan rasa cinta dan rasa butuh terhadap nilai akhlak mulia dengan memberi motivasi, bercerita degan kisah-kisah yang menyentuh, dll

3.    Learning to do

Anak sudah mulai mempraktekkan nilai aklak mulia dalam kehidupan, kapanpun dimanapun.
Disamping ada tahapan itu ada beberapa yang menjadi model pembelajaran yang penulis ambilkan dari buku dalam pembentukan karakter, yaitu model Tadzkirah. Berasal dari kata “dzakara” yang artinya “ingat”. TADZKIRAH mempunyai makna:

T : Teladan, tunjukkan keteladanan
A : arahkan atau berikan bimbingan
D : Dorongan (memberikan motivasi/reinforcement)
Z : Zakiyah atau murni/bersih, tanamkan niat yang tulus
K : Kontinuitas atau istiqomah, menanamkan kedisipilinan adalah proses pembiasaan mulia.
I : Ingatkan, berikan nasehat
R : Repetisi (pengulangan), kegiatan yang di ulang-ulang akan menunjukkan karakter itu
A : Atur  atau  O: Organisasikan
H : Heart, gunakan hati untuk menyentuh hati anak didik sehingga anak menyadari .

C.    Konsep Iman dan Pendidikan Karakter

Dalam Alquran banyak sekali kisah kisah yang didalamnya ada iman yang melahirkan pendidikan karakter, diantarnya dari kisah Nabi yusuf, yang tidak hanya memiliki ketampanan di luar namun didalam hatinya juga, kisah Nabi musa, Nabi isa, Nabi Adam, Nabi Muhamad, dll. Kisah tersebut kita bisa mengetahui bahwa setelah kita beriman kepada Allah sebagai pondasi teologis utama, pada akhirnya syariah dan akhlak akan menjadi implementasinya.

Karakter yang dikembangkan dalam surat Luqman selanjutnya yaitu pada ayat 13 tentang makna inna al-syirka la zhulmun al-azhim yang artinya mempersekutukan Allah merupakan kezaliman yang besar. Ayat ini menekankan pentingnya keimanan sebagai pondasi utama setiap manusia. Sehingga setiap manusia muslim diwajibkan mempercayai dengan sepenuh hati adanya Allah SWT. Perbuatan tidak mempercayai atau mempersekutukan Allah disebut syirik, syirik adalah perbuatan mempersekutukan Allah dengan makhluk-Nya, seperti patung, pohon besar, batu, dan lainnya. Mempersekutukan Allah dikatakan kezaliman yang besar, karena perbuatan itu berarti menempatkan sesuatu tidak pada tempatnya. Sebagai umat Islam telah diketahui bahwa tauhid merupakan asas puncak dan tertinggi dalam Islam, sehingga perbuatan mengingkari tauhid dengan menyekutukan Allah merupakan dosa besar yang tidak dapat ditolerir, kecuali dengan taubat yang sebenar-benarnya (taubatan nasuha) .

Lukman juga memberikan pelajaran kepada anak anaknya. Mulai dari beriman kepada Allah, tidak menyekutukan Allah, menghormati orang tua meskipun berbeda paham, tidak boleh sombong, tidak boleh merendahkan orang lain dengan sebutan yang hina dll. Lukman juga berkata tentang iman, taqwa dan tawakal adalah sebuah kesatuan yang akan menyelamatkan manusia dalam meraih ridho Allah “Wahai anakku, Dunia ini merupakan sebuah lautan yang dalam, telah banyak orang-orang yang hanyut kedalamnya, mak jadikanlah iman sebgai kapalmu di dunia ini, taqwa sebagi isinya, dan tawakal sebagai layarnya. Mudah-mudahan dengan demikian engkau bisa selamat dan saya kwatir engkau tidak bisa selamat” .

Salah satu landasan normatif pendidikan karakter adalah berasal dari kitab suci suatu agama. Dalam konteks agama Islam, Al-Qur’an dan Hadits merupakan pedoman dan rujukan utama dalam bertingkah laku. Larangan mempersekutukan Allah dalam Islam mutlak ditaati dan dilaksanakan karena merupakan perintah dan ajaran agama sebagai bentuk pengakuan terhadap kekuasaan Allah SWT. Landasan normatif tersebut dibutuhkan mengingat bahwa nilai dan norma tidak bersifat netral tetapi memiliki keperpihakan pada sumber yang lebih tinggi. Demikian pentingnya pendidikan karakter keimanan yang berbasis nilai religius karena merupakan kebenaran wahyu Tuhan atau disebut juga konservasi moral.

Pendidikan karakter tentang iman juga menekankan pentingnya monoloyalitas bahwa tidak ada sesembahan yang berhak disembah kecuali Allah SWT, perbuatan menyembah selain Allah SWT merupakan bentuk kemusyrikan. Novan Ardy Wiyani mengungkapkan bahwa salah satu karakter yang harus terbentuk dalam perilaku peserta didik adalah peningkatan keimanan dan ketaqwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa melalui olah hati. Iman dan taqwa kepada Tuhan menurut Novan merupakan landasan yang kuat untuk terbentuknya karakter. Dengan iman dan taqwa tersebut akan terukir karakter positif lainnya .

BAB III

KESIMPULAN


Iman artinya percaya, namun disini tidak sebatas percaya saja. Akan tetapi percaya disini memiliki makna luas dan mendalam. Dalam arti mendalam, iman itu melibatkan keyakinan dan keikhlasan batin dan pikiran, dalam arti luas iman itu melahirkan komitmen yang tinggi, dengan komitmen itu melahirkan kristalisasi nilai, dari situ melahirkan Karakter yang berupa tindakan/sikap yang berpengaruh terhadap pengucapan lidah dan pembentukan sikap seseorang, akhlak, watak, pola pikir, dan bentuk ibadah lain, bahkan berpengaruh terhadap sekitarnya.

Dalam Alquran disebutkan bahwa indikator orang beriman itu diantaranya:

1.    Apabila disebutkan bergetar dan bertambah keimanannya
2.    Beribadah, seperti menjalankan perintah dari rukun islam
3.    Taat pada Allah dan Rosul-Nya
4.    Beramal dan berdakwah degan penuh kesabaran
5.    Dll.

Dari indikator tersebut bukti mukmin atau orang yang beriman adalah suatu sikap atau perbuatan. Ini berarti konsep keimanan dalam Alquran memiliki pengaruh terhadap akhlak mukmin. Sehingga pendidikan karakter banyak yang mendasarkan pada ajaran Agama islam. Dan tidak bertolak belakang pada beberapa moral sekular lain.

Allah SWT  memberikan gambaran orang yang tinggi imannya kemudian dijadikan suritauladan yang baik, Yaitu Nabi Muhammad SAW. melalui Rosulullah umat manusia dijelaskan pedoman hidup dengan sangat jelas untuk mencapai kebahagiaan hidup di dunia dan di akhirat. Pedoman itu berisi aturan untuk mengatur manusia dengan Allah (hablum minAllah) dan manusia dengan manusia atau alam sekitarnya (hablum minannas).

Orang beriman adalah orang yang berkarakter artinya setiap apa yang diyakini memberikan dampak pada prilakunya, sifatnya, sikapnya atau wataknya. Sehingga untuk menanamkan karakter perlu penanaman keimanan terlebih dahulu kemudian diikuti dengan usaha yang serius, tekun, istikomah, keteladanan, keikhlasan, dll yang semunya itu penulis tukilkan dari kata TADZKIRAH, sebagimana yang penulis sebutkan di atas.

Karakter adalah sekumpulan nilai yang menjadi keyakinan yang mempengaruhi ciri khas, pola pikir, pola rasa dan pola prilaku. Contoh dari nilai yaitu: Nilai kebaikan, maka dalam setiap tindakan atau prilakunya melakukan kebaikan, Nilai Kebenaran, maka dalam setiap prilakunya didasarkan kebenaran. Jadi kumpulan dari nilai-nilai itulah yang disebut dengan karakter.

    Dalam pembagiannya karakter itu memiliki 3 bagian, yaitu
  1. Moral, disini mengandung Nilai filsafat yang menjadi pijakannya
  2. Akhlak, itu didasarkan pada Nilai Wahyu (baik dan buruk)
  3. Budi Pekerti, nilai ini didasarkan pada Nilai adat dan kebiasaan
  4. Tiga bagian itulah asal karakter dari seseorang.

 

DAFTAR PUSTAKA


Wiyani, Novan Ardy. 2012. Pendidikan Karakter Berbasis Iman dan Taqwa. Yogyakarta: Penerbit Teras. Cetakan I.
Majid, Abdul dan Dian Andayani. Januari 2012. Pendidikan Karakter dan Perspektif Islam, Bandung: PT Remaja Rosdakarya. Cetakan Kedua.
Hidayatullah, Muhammad Furqon. Februari 2009. Guru Sejati: Membangun Insan Berkarakter Kuat dan Cerdas. Surakarta: Penerbit Yuma Pustaka. Cetakan Pertama.
Zuchdi, Darmiyati. Mei 2011. Pendidikan Karakter Dalam Prespektif Teori dan Praktek. Yogyakarta: UNY Press. Cetakan Pertama.
Nata, Abuddin. Mei 2011. Kapita Selekta Pendidikan Islam: Isu-Isu Temporer Tentang Pendidikan Islam. Jakarta: PT Rajagrafindo Persada. Cetakan Kedua.



Subscribe to receive free email updates:

0 Response to "KONSEP IMAN DALAM AL-QURAN DAN PENDIDIKAN KARAKTER"

Posting Komentar