Ontologi, Epistemologi, dan Aksiologi Pengetahuan Mistik (Tasawuf)

ONTOLOGI, EPISTEMOLOGI DAN AKSIOLOGI

PENGETAHUAN MISTIK/TASAUF

                                                      (Disusun Oleh : Umi Masitoh)

BAB I

PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang

Ada beberapa pengetahuan yang menjadi pembahasan dalam filsafat pengetahuan, di antaranya pengetahuan sains. Pengetahuan sains adalah pengetahuan yang logis-empiris tentang objek yang empiris. Selanjutnya pengetahuan filsafat adalah pengetahuan logis tentang objek yang abstrak logis. Kata logis ini bisa dalam arti rasional, bisa juga dalam arti supra rasional. Pengetahuan yang bersifat supra rasional yang disebut dengan pengetahuan mistik. 

Mistik di sebagian masyarakat tertentu masih menjadi pelengkap kehidupan. Namuan ada juga yang beranggapan mistik hanya menjadi sasaran empuk segala persoalan masyarakat. Sampai saat ini pengetahuan mistik kurang mendapat perhatian para ahli di perguruan tinggi. Padahal, pemahaman ini sering kali mendarah daging di masyarakat dan sangat nyata.

Dalam makalah ini akan dibahas mengenai ontologi, epistemologi dan aksiologi dari pengetahuan mistik. Bagaimana sebenarnya pengetahuan mistik itu, bagaimana cara memperolehnya dan apa kegunaan dari pengetahuan mistik itu. Serta contoh-contoh dari pengetahuan mistik yang ada dalam masyarakat.

B.    Rumusan Masalah

1.    Bagaimana ontologi dari pengetahuan mistik/tasawuf?
2.    Bagaimana epistemologi dari pengetahuan mistik/tasawuf?
3.    Bagaimana aksiologi dari pengetahuan mistik/tasawuf?
4.    Apa saja contoh-contoh dari pengetahuan mistik/tasawuf?

C.    Tujuan

1.    Untuk menjelaskan ontologi pengetahuan mistik/tasawuf
2.    Untuk menjelaskan epistemologi pengetahuan mistik/tasawuf
3.    Untuk  menjelaskan aksiologi pengetahuan mistik/tasawuf
4.    Untuk menjelaskan contoh-contoh pengetahuan mistik/tasawuf

BAB II

PEMBAHASAN

A.    Ontologi Pengetahuan Mistik

Menurut aliran intusionisme, berkeyakinan bahwa akal dan indera memiliki keterbatasan. Karena menurut aliran ini, objek-objek yang kita tangkap itu adalah objek yang selalu berubah. Jadi, pengetahuan yang telah dimiliki manusia tidak pernah tetap. Demikian halnya akal, akal hanya dapat memahami suatu objek bila ia mengonsentrasikan dirinya pada objek itu. Dengan menyadari keterbatasan indera dan akal tersebut, perlu dikembangkan satu kemampuan tingkat tinggi yang dimiliki manusia, yaitu intuisi. Intuisi ini adalah hasil evolusi pemahaman yang tertinggi. Pengembangan kemampuan intuisi memerlukan suatu usaha. Usaha inilah yang dapat memahami kebenaran yang utuh atau yang tetap. Intuisi ini menangkap objek secara langsung tanpa melalui pemikiran. 

Pengetahuan intuitif diperoleh manusia dari dalam dirinya sendiri, pada saat ia menghayati sesuatu. Kebenaran pengetahuan tersebut tidak akan dapat diuji dengan observasi, perhitungan, atau eksperimen, karena kebenaran intuitif tidak hipotesis. 

Dalam pengertian secara umum, intuisi merupakan metode untuk memperoleh penegetahuan tidak berdasarkan penalaran rasio, pengalaman, dan pengamatan indra.

Pengetahuan intuitif sulit dikembangakan, karena validitasnya sangat pribadi, dan memiliki watak yang tidak komunikatif, khusus untuk diri sendiri, subjektif, tidak terlukiskan, sehingga sulit untuk mengetahui seseorang memilikinya atau tidak. Salah satu pengetahuan intuitif ini adalah pengetahuan mistik.  

Mistisisme Islam atau tasawuf merupakan satu jalan di dalam Islam untuk memahami dan mendekatkan diri kepada Tuhan. Latihan dalam tasawuf dikenal sebagai menapaki jalan (tariqah) yang tujuannya adalah untuk menyingkapkan tabir yang menutupi hakekat diri dari yang sejati. Latihan mistis ini, sebagai bentuk reaksi atas rasionalisasi Islam dalam bidang hukum dan teologi, lebih berorientasi pada kebebasan spiritual, yakni memberikan kebebasan pada kemampuan spiritual dan intuisi kita yang hakiki untuk mengaktualisasikan diri secara leluasa. 

1.    Hakikat Pengetahuan Mistik

Pengetahuan mistik adalah pengetahuan supra-rasional tentang objek supra-rasional.  Pengetahuan mistik adalah pengetahuan yang tidak dapat dipahami rasio, maksudnya, hubungan sebab akibat yang terjadi tidak dapat dipahami rasio. Pengetahuan ini kadang-kadang memiliki bukti empiris tetapi kebanyakan tidak dapat dibuktikan secara empiris. 

Di dalam Islam, yang termasuk pengetahuan mistik ialah pengetahuan yang diperoleh melalui jalan tasawuf. Pengetahuan yang diperoleh misalnya tercakup dalam istilah ma’rifah, al-ittihad, atau hulul. Pengetahuan mukasyafah, juga adalah pengetahuan mistik dalam tasawuf yang diperoleh memang bukan melalui jalan indera atau jalan rasio. 

Kekebalan juga termasuk pengetahuan mistik karena tidak dapat diterangkan melalui logika sebab-akibat. Orang dapat kebal karena latihan-latihan tertentu dan bekerjanya hasil latihan itu tidak dapat dipahami oleh rasio. Yang tidak dapat dipahami oleh rasio adalah hubungan sebab-akibtanya atau mengapanya. Tetapi pengetahuan (kekebalan) ini dapat dibuktikan secara empiris. 

Sufi besar ternyata tidak kagum terhadap kekebalan atau yang sejenis dengan itu. Pada suatu ketika ada orang yang menyampaikan berita kepada Abu Yazid bahwa si fulan dapat pergi ke Makkah hanya dalam tempo satu malam saja. Abu Yazid menjawab, apa yang harus diherankan, setan juga dalam tempo sekejap dapat pergi dari barat ke timur padahal ia dilaknat Allah. Pada waktu yang lain ada orang yang menyampaikan berita lain kepada Abu Yazid bahwa si fulan dapat berjalan di atas air dan bahkan dapat berada di dalam air dan burung dapat terbang di angkasa.  Jadi pengetahuan mistik (sebenarnya pengatahun yang bersifat mistik) ialah pengetahuan yang supra-rasional tetapi kadang-kadang memiliki bukti empiris.

2.    Struktur Pengetahuan Mistik

Dilihat dari segi sifatnya, mistik dapat dibagi menjadi dua yaitu mistik biasa dan mistik magis. Mistik biasa adalah mistik tanpa kekuatan tertentu. Dalam Islam mistik yang ini adalah tasawuf. Mistik magis adalah misitk yang mengandung kekuatan tertentu dan biasanya untuk mencapai tujuan-tujuan tertentu. Mistik magis ini dapat dibagi menjadi dua, yaitu:

a.    Mistik magis putih

Mistik magis putih selalu dekat dan berhubungan serta bersandar pada Tuhan, sehingga dukungan Ilahi sangat menentukan. Hal ini berjalan sejak kenabian. Pada Nabi, magis-putihnya ialah mukjizah, pada pemilik magis putih selain Nabi disebut karamah. Kekuatan supranatural pada nabi ada juga yang ditunjukkan melalui benda seperti mukjizaht Nabi Musa. Dalam benda seperti itu telah terdapat kekuatan ilahiah. 

Rasulullah SAW pernah menggunakan mistik magis putih yaitu tatkala Abu Bakar disengaat binatang berbisa di Gua Tsur saat mereka bersembunyi di sana. Rasulullah membacakan beberapa ayat al-mu’awwidzatain (surat an-Nas dan al-Falaq) kemudian menyemburkannya pada luka sengatan dan atas izin Allah sembuh seketika. Kenyataan seperti ini masih banyak dipraktikkan sampai sekarang oleh pemegang mistik magis putih yang sering disebut sebagai ahli hikmah. 

b.    Mistik magis hitam

Mistik magis hitam selalu dekat, bersandar, dan bergantung pada kekuatan setan dan roh jahat. Menurut Ibnu Khaldun mereka memiliki kekuatan di atas rata-rata manusia, kekuatan mereka itu memungkinkan mereka mampu melihat hal-hal ghoib, karena dukungan setan dan/atau roh jahat tadi. Jiwa-jiwa yang memiliki kemampuan magis ini dapat digolongkan menjadi tiga.
  1. Mereka yang memiliki kemampuan atau pengaruh melalui kekuatan mental. Itu disebabkan jiwa mereka telah menyatu dengan jiwa setan atau roh jahat. Para filosof menyebut mereka ini sebagai ahli sihir dan kekuatan mereka luar biasa.
  2. Mereka yang melakukan pengaruh magisnya dengan menggunakan watak benda-benda atau elemen-elemen yang ada di dalamnya, baik benda angkasa atau benda yang ada di bumi. Inilah yang disebut jimat-jimat yang biasa disimbolkan dalam bentuk benda-benda material atau rajah.
  3. Mereka yang melakukan pengaruh magisnya melalui kekuatan imanjinasi sehingga menimbulkan berbagai fantasi pada orang yang dipengaruhi. Kelompok ini disebut kelompok pesulap. 
B.    EPISTEMOLOGI PENGETAHUAN MISTIK

Pembahasan epistemologi ini adalah bagaimana pengetahuan mistik diperoleh. Objek empiris dapat diketahui oleh sains. Objek abstrak-rasional dapat diketahui filsafat. Sisanya yaitu abstrak supra-rasional dapat diketahui dengan apa. Dapat terjawab dengan mistik. Mistik bukan lagi kata sifat tetapi nama, sejajar dengan sains dan filsafat.

Manusia ingin tahu apa rasa tebu, ia cicipi, sehingga tahu tebu itu rasanya manis. Ini adalah pengetahuan empiris. Manusia ingin tahu, mengapa air tebu manis, ia berpikir. Ia temukan bahwa tebu manis karena ada hukum yang mengatur sehingga tebu selalu manis. Ini adalah pengetahuan rasional. Inilah pengetahuan filsafat. Manusia ingin tahu juga siapa yang membuat hukum yang mengatur tebu selalu manis, ia temukan Tuhan. Ini masih dalam lingkup pengetahuan filsafat. Manusia juga ada yang ingin tahu Tuhan itu siapa, seperti apa. Ini adalah objek supra-rasional. Jawaban terhadap pertanyaan ini adalah pengetahuan mistik. 

Pengetahuan mistik ini diperoleh melalui rasa, melalui hati sebagai alat merasa. Jika indera dan rasio adalah alat mengetahui yang dimiliki manusia, maka rasa atau hati adalah alat mengetahui juga. Manusia laksana radio penerima. Siaran empiris ia terima dan pahami dengan menggunakan alat indera, siaran yang tidak empiris tetapi rasional, ia terima dan pahami melalui akal rasional yang bekerja secara logis. Siaran-siaran yang amat rendah frekuensinya sehingga bukan saja indera yang mampu menangkapnya, akal rasional pun tidak sanggup menangkapnya, dapat ditangkap dengan rasa.

1.    Objek Pengetahuan Mistik

Yang menjadi objek pengetahuan mistik ialah objek yang abstrak supra-rasional, seperti alam gaib termasuk Tuhan, malaikat, surga, neraka, jin dan lain-lain. Termasuk objek yang hanya dapat diketahui melalui pengetahuan mistik ialah objek-objek yang tidak dapat dipahami rasio, yaitu objek-objek supra-natural (supra-rasional), seperti kebal, pelet, penggunaan jin, santet. 

2.    Cara Memperoleh Pengetahuan Mistik 

Pengetahuan mistik tidak diperoleh melalui indera dan tidak juga dengan menggunakan akal rasional. Pengetauan mistik diperoleh melalui rasa. Immanuel Kant mengatakan itu diperoleh melalui moral, ada yang mengatakan melalui intuisi. Al-Ghazali mengatakan melalui qalbu. 

Al- Ghazali banyak menyinggung perihal pengetahuan intuitif dari hal metode, objek, dan tujuannya, serta perbandingan dengan pengetahuan toeritis rasional. Ia menanamkan pengetahuan intuitif dengan cahaya kenabian atau pengalaman ma’rifat. Ia juga mengatakan bahwa sarana pengetahuan intuitif adalah kalbu, bukan indra atau akal. Menurutnya, kalbu bukan bagian tubuh yang terletak pada bagian kiri dada seorang manusia, melainkan merupakan realitas manusia serta menjadi percikan rohaniah ketuhanan yang merupakan hakikat manusia yang menjadi sasaran perintah, cela, hukuman, dan tuntutan dari Tuhan. 

Al-Ghazali dalam menggambarkan posisi kalbu sebagai sasaran ma’rifat yang menggambarkan sebagai cermin, sementara pengetahuan yang muncul adalah pantulan gambaran realitas yang terdapat di dalamnya. Jika cermin kalbu tidak bersih maka tidak akan memantulkan realitas pengetahuan. Menurutnya yang membuat cermin kotor adalah hawa nafsu. Sementara itu, ketaatan kepada Allah dan keterpalingan dari tuntutan hawa nafsu, membuat kalbu menjadi bening dan terang. Ketika relung kalbu digali dengan menyucikannya dan menghilangkan berbagai penghalang, niscaya dari dalamnya akan memancar sumber-sumber pengetahuan (intuitif). 

Pada umumnya cara memperoleh pengetahuan mistik adalah latihan yang disebut juga riyadhah. Dari riyadhah itu manusia memperoleh pencerahan, memperoleh pengetahuan dalam tasawuf disebut ma’rifah. 

Pengetahuan mistik yang lain, seperti kebal juga diperoleh dengan menggunakan latihan. Umumnya latihan itu adalah latihan batin. Pelet dan santet diperoleh juga dengan metode yang sama. Dapatlah disimpulkan bahwa epistemologi pengetahuan mistik adalah pelatihan batin.

3.    Ukuran Kebenaran Pengetahuan Mistik

Kebenaran pengetahuan mistik diukur dengan berbagai ukuran. Bila pengetahuan mistik itu berasal dari Tuhan, maka ukurannya ialah teks Tuhan yang menyebutkan demikian. Ketika Tuhan dalam Al-Qur’an mengatakan bahwa surga neraka itu ada, maka teks itulah yang menjadi bukti bahwa pernyataan itu benar. 

Ada kalanya ukuran kebenaran pengetahuan mistik itu kepercayaan. Jadi, sesuatu dianggap benar karena kita mempercayainya. Kita percaya bahwa jin dapat disuruh melakukan suatu pekerjaan. Ya, kepercayaan kita itulah ukuran kebenarannya.  

Ada kalanya kebenaran sesuatu teori dalam pengetahuan mistik diukur dengan bukti empiris. Dalam hal ini bukti empiris itulah ukuran kebenarannya. Kebal adalah sejenis pengetahuan mitik, kebenarannya dapat diukur dengan kenyataan empiris misalnya seseorang memperlihatkan di hadapan orang banyak bahwa ia tidak mempan ditusuk jarum.

Satu-satunya tanda pengetahuan disebut pengatahuan bersifat mistik adalah kita tidak dapat menjelaskan hubungan sebab akibat yang ada di dalam sesuatu kejadian mistik. Dalam contoh kebal, kita tidak dapat menjelaskan secara rasional mengapa jarum tidak mampu menembus kulit orang kebal. Jadi yang bersifat mistik itu ialah “mengapa”nya. Akan lebih merepotkan kita memahami sesuatu teori dalam pengetahuan mistik bila teori itu tidak punya bukti empirik, sulit diterima karena secara rasional tidak terbukti dan bukti empiris pun tidak ada. 

C.    AKSIOLOGI PENGETAHUAN MISTIK

1.    Kegunaan Pengetahuan Mistik

Pengetahuan mistik itu amat subyektif, yang paling tahu penggunaannya ialah pemiliknya. Secara kasar, kita dapat mengetahui bahwa mistik yang biasa digunakan untuk memperkuat keimanan. Mistik magis putih digunakan untuk kebaikan, dan mistik magis hitam digunakan untuk tujuan jahat. 
Di kalangan sufi (pengetahuan mistik biasa) dapat menentramkan jiwa mereka, mereka bahkan menemukan kenikmatan luar biasa tatkala berjumpa dengan kekasihnya (Tuhan). Pengetahuan mereka sering dapat menyelesaikan persoalan yang tidak dapat diselesaikan oleh sains dan filsafat. Pemegang mistik magis putih menggunakan pengetahuannya untuk kebaikan, seperti untuk pengobatan. Misalnya, dukun patah tulang dapat mengobati patah tulang secara mistik (ini mistik magis putih) sementara dokter (pemegang sains) tidak dapat menyelesaikannya. 

Untuk menilai apakah mistik-mistik itu hitam atau putih, kita melihatnya pada segi ontologinya, epistemologinya, dan aksiologinya. Bila pada ontologi terdapat hal-hal yang berlawanan dengan nilai kebaikan, maka dari segi ontologi mistik magis itu kita sebut hitam. Bila pada cara memperolehnya (epistemologi) ada yang berlawanan dengan nilai kebaikan maka kita akan mengatakan mistik magis itu hitam. Bila dalam penggunaan (aksiologi) nya untuk kejahatan maka kita menyebutnya hitam.

2.    Cara Pengetahuan Mistik Menyelesaikan Masalah

a)    Cara kerja mistik magis putih

Para ahli hikmah dengan metode kasyf telah menemukan bahwa di dalam agama ada muatan-muatan praktis untuk digunakan dalam menyelesaikan masalah. Mereka menyadari bahwa kekuatan Tuhan baik yang ada dalam diri Nya atau yang ada dalam firman Nya dapat digunakan oleh manusia. Dengan memanfaatkan gambaran Tuhan yang maha Berkuasa dalam segala hal, ayat-ayat itu digunakan untuk menggugah Tuhan memenuhi janji Nya. Pada kondisi seperti itu, ayat-ayat Al-Qur’an atau kitab samawi lainnya sering digunakan sebagai perantara menghubungkan manusia dengan Tuhan. Bahkan asma-asma Tuhan sering digunakan para ahli bidang ini untuk meminta sesuai dengan kebutuhannya, misalnya jika ia ingin kaya maka harus diperbanyak menyebut asma Tuhan yang berhubungan dengan kaya seperti kata ya ghanny, yaa rozzaq, dan lain-lain. 

Pengertian yang dapat diambil adalah bahwa doa dan wirid yang dapat menjembatani manusia sesuai kebutuhannya dan Tuhan yang memiliki apa yang dibutuhkan itu. Para ahli hikmah telah mengembangkan teknik membuat wirid dan doa untuk keperluan seperti itu. 

Jika seseorang dapat atau sanggup mempraktikkan wirid atau doa sesuai dengan rumusan maka kekuatan ilahiyah (khadam atau malaikat) akan dimanfaatkan untuk mencapai tujuan yang dikehendaki. 

Cara yang kedua ialah memindahkan jiwa-jiwa ilahiyah atau khadam yang ada dalam asma-asma Allah. Cara inilah yang disebut wafaq atau isim. Wafaq atau isim harus ditulis dengan menggunakan tinta tertentu, pada kondisi tertentu dan ditulis pada suatu benda tertentu seperti kulit ari kijang, kulit harimau, atau pada logam.

b)    Cara kerja mistik magis hitam

Cara kerja mistik magis hitam telah digambarkan oleh Ibnu Khaldun sebagai berikut. Kita telah melihat dengan mata kepala sendiri cara seorang tukang sihir membuat gambar korbannya. Digambarkan dalam bentuk yang ia inginkan, ia rencanakan untuk membuat orang tersebut mengadopsi, baik dalam bentuk simbol-simbol, nama-nama atau atribut-atribut. Lalu ia baca mantra bagi gambar yang diletakannya sebagai ganti orang yang dituju, secara konkret dan simbolik. Selama mengulang-ulang kata-kata buruk itu, ia mengumpulkan air ludah di mulutnya lalu menyemburkannya pada gambar itu. Lalu ia ikatkan buhul pada simbol menurut sasaran yang telah disiapkan tadi. Ia menganggap ikatan buhuk itu memiliki kekuatan dan efektif dalam praktik sihir.

Ia meminta jin kafir untuk berpartisipasi agar mantra itu lebih kuat. Gambar korban dan nama buruk itu memiliki roh jahat. Roh itu dari tukang sihir dengan tipuannya melekat pada air ludah yang disemburkannya ke luar. Ia memunculkan lebih banyak roh jahat. Akibatnya segala sesuatu yang dituju tukang sihir tadi benar-benar terjadi.

D.    CONTOH PENGETAHUAN MISTIK

Salah satu contoh mistik magis putih adalah ilmu laduni. Ilmu laduni adalah ilmu batiniah yang bukan merupakan hasil pemikiran. Ilmu laduni adalah ilmu yang diterima langsung melalui ilham atau inspirasi dari sisi Tuhan. 

Adanya ilmu laduni dibenarkan Al-Qur’an seperti disebut dalam surat Al-Kahfi ayat 56. Dari ayat tersebut dapat diketahui bahwa ilmu laduni diberikan kepada Nabi, dalam hal ini Nabi Khidir. Ilmu laduni dapat dimiliki oleh orang selain Nabi dan rasul dengan syarat orang itu telah mencapai maqam itu. 

Kaum sufi meyakinkan tatkala seseorang telah mencapai maqam wali Allah, maka pada kondisi itu Tuhan menjadikan matanya dapat melihta seperti mata Tuhan, telinganya dapat mendengar seperti telinga Tuhan, karena itu mereka dapat berhubungan dengan alam ghaib, seperti dengan roh, dengan malaikat, serta mengetahui hal-hal yang belum terjadi.

Maqam itu dapat dicapai dengan cara membersihkan riyadhah dan mujahadah. Riyadhah dan mujahadah itu akan menghasilkan musyahadah (tembus pandang) pada ke-Ilahian Tuhan. Ketika itulah hamba tersebut menerima ilmu laduni. Pelaksanaan riyadhah dan mujahadah itu biasanya dilakukan di bawah bimbingan guru yang telah menguasai ilmu ini.  Adapun kegunaan ilmu laduni antara lain adalah sebagai berikut:

1.    Agar dapat memahami ilmu dengan tepat
2.    Dapat mengetahui tingkatan ilmu seseorang
3.    Mengetahui karakter seseorang
4.    Dapat membedakan antara jin, setan, malaikat, dan dapat berdialog dengan mereka
5.    Dapat mengobati orang kena santet. 

Contoh yang lain dari mistik magis putih adalah saefi. Dari segi etimologi, kata saefi (bahasa arab) berarti pedang. Kata ini dipakai mungkin karena pedang adalah senjata yang paling tajam. Dari segi terminologi, saefi adalah nama ilmu yang terdiri dari rentetan bacaan menurut bilangan dan waktu tertentu. Karena doa itu dibaca berulang-ulang maka doa itu akan menjadi darah daging orang itu sehingga nilai doa itu akan memiliki ketajaman seperti tajamnya pedang yang diasah berulang kali. Doa yang tajam di sini maksudnya ialah doa yang cepat dikabulkan Tuhan.

Pada dasarnya pengetahuan saefi diperoleh seperti memperoleh pengetahuan hikmah. Cara-cara memperoleh pengetahuan saefi sangat beragam, tergantung pada siapa gurunya daan saefi apa yang diinginkan. Pada umumnya pengetahuan magis diperoleh melalui puasa, tetapi tidak semua pengetahuan saefi diperoleh melalui puasa. Ada saefi yang diperoleh hanya dengan melakukan wirid saja sebanyak bilangan tertentu seperti saefi mughni, saefi dzulfaqar dan lain-lain. 

Salah satu contoh dari mistik hitam adalah sihir. Sihir merupakan upaya yang dilakukan manusia sebagai suatu tipu daya yang dalam mewujudkannya, meminta bantuan sesuatu yang halus (setan) untuk membelokkan sesuatu yang sebenarnya ke sesuatu yang bukan sebenarnya. 

Sihir selalu menggunakan bantuan jin kafir. Cara mendatangkan jin dapat dilakukan dengan bersumpah atas nama jin, menyembelih sembelihan, melakukan kenistaan, menuliskan ayat-ayat al-Qur’an menggunakan najis, melalui telapak tangan, menggunakan benda bekas pakai, dan lain-lain. 

Kegunaan sihir lebih berorientasi pada orang yang memanfaatkannya (biasanya pemesan) dan penyihir itu sendiri (yang mendapat imbalan dan ada juga yang bersifat sukarela. Kegunaan bagi pemesan ialah ia puas bila musuhnya sakit atau binasa, bagi penyihir meningkatkan popularitasnya dan sejumlah materi yang diterimanya. Penggunaan sihir hanya ada dua, pertama yang dikenakan pada badan. Kedua kepada harta korban.

BAB III

PENUTUP

Ontologi atau hakikat dari pengetahuan mistik adalah pengetahuan yang tidak terjangkau oleh akal (supra rasional) yakni tidak dapat dipahami oleh akal tentang kausalitasnya atau hubungan pengaruh. Pengetahuan ini kadang-kadang memiliki bukti empiris tetapi kebanyakan tidak dapat dibuktikan secara empiris. Strukturnya ada yang mistik putih yang dikenal dengan tasawuf dan mistik hitam yang dikenal dengan sihir atau semacamnya. 

Objek empiris dapat diketahui dengan sain, objek abstrak rasional dapat diketahui dengan filsafat, sedangkan objek abstrak supra-rasional dapat diketahui dengan mistik. Jadi bjek pengetahuan mistik adalah semua yang ada yang abstrak supra- rasional. Cara memperoleh pengetahuan mistik adalah dengan rasa/latihan, bukan melalui indra dan rasio. Menurut Immanuel Kant melalui moral, sedangkan menurut al-Ghazali melalui intuisi atau qalbu. Ukuran kebenaran dari pengetahuan mistik adalah melalui teks Tuhan atau kepercayaan atau dapat melalui bukti empiris.

Aksiologi atau kegunaan dari pengetahuan mistik itu berbeda antara mistik putih/tasawuf dan mistik hitam. Kegunaan dari mistik putih adalah memperkuat keimanan, menenteramkan jiwa, dan merasakan kenikmatan yang luar biasa. Sedangkan kegunaan dari mistik hitam adalah meningkatkan harga diri, pertahanan diri, atau tujuan-tujuan lainnya. Biasanya lebih bersifat negatif, tetapi tidak selalu. 

DAFTAR PUSTAKA

A., Susanto, Filsafat Ilmu, Suatu Kajian dalam Dimensi Ontologis, Epistemologis, dan Aksiologis, Jakarta : Bumi Aksara, 2011.
Ihsan, Fuad, Filsafat Ilmu, Jakarta: Rineka Cipta, 2010.
Munir Amin, Samsul, Ilmu Tasawuf, Jakarta : Amzah, 2012.
Saeed, Abdullah, Pemikiran Islam Sebuah Pengantar, Yogyakarta: Baitul Hikmah Pers, 2014.
Tafsir, Ahmad, Filsafat Ilmu, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2012.

Subscribe to receive free email updates:

0 Response to "Ontologi, Epistemologi, dan Aksiologi Pengetahuan Mistik (Tasawuf)"

Posting Komentar