POSITIVISME DAN PEMIKIRAN CHARLES DARWIN

POSITIVISME DAN PEMIKIRAN CHARLES DARWIN

Oleh: Rahmawati Nurjanah

Bab I

Pendahuluan


A. Pendahuluan

Charles Darwin menyatakan teori bahwa segala bentuk organisme yang sekarang ada di muka bumi ini bukan diciptakan langsung sekaligus, namun merupakan hasil dari sebuah perkembangan selama ratusan atau jutaan tahun yang lalu. Menurut Darwin, segala apa yang hidup di dunia ini merupakan perubahan panjang dari bentuk yang lebih sederhana. Pandangan Darwin tentang manusia ini dituangkan dalam buku yang mengguncang dunia terutama di kalangan scientis, baik yang mendukung atau membantah teori darwin, yang berjudul The Origin of Species by Means of Natural Selection.

Pada awalnya, Darwin merasa sungkan untuk menerbitkan buku tentang hasil pemikirannya. Namun, karena sering berdiskusi dengan rekan kerjanya yang ia percayai Alfred Russel Wallace, Darwin akhirnya termotivasi untuk menyelesaikan buku hasil pemikirannya dan menerbitkannya pada tahun 1859. Tanpa disangka buku tersebut menjadi best seller dan kontroversial.

B. Rumusan Masalah

1.    Bagaimana aliran filsafat Positivisme?
2.    Bagaimana biografi Charles Darwin?
3.    Bagaimana pemikiran Charles Darwin?

C. Tujuan Penulisan

1.    Untuk mengetahui aliran filsafat Positivisme
2.    Untuk mengetahui biografi Charles Darwin
3.    Untuk mengetahui pemikiran Charles Darwin

Bab II

Pembahasan

A.    Positivisme

Positivisme berasal dari kata “positif”. Kata positif disini sama artinya dengan faktual, yaitu apa yang berdasarkan fakta-fakta. Menurut positivisme, pengetahuan kita tidak pernah boleh melebihi fakta-fakta. Dengan demikian, maka ilmu pengetahuan empiris menjadi contoh istimewa dalam bidang pengetahuan. Maka filsafat pun harus meneladani contoh itu. Oleh karena itu, pulalah positivisme menolak cabang filsafat metafisika. Menanyakan “hakikat” benda-benda atau “penyebab yang sebenarnya”, termasuk juga filsafat, hanya menyelidiki fakta-fakta dan hubungan yang terdapat antara fakta-fakta. Tugas khusus filsafat ialah mengoordinasikan ilmu-ilmu pengetahuan yang beraneka ragam coraknya. Tentu saja, maksud positivisme berkaitan erat dengan apa yang dicita-citakan oleh empirisme. Positivisme pun mengutamakan pengalaman. Hanya saja, berbeda dengan empirisme Inggris yang menerima pengalaman batiniah atau subjektif sebagai sumber pengetahuan, positivisme tidak menerima sumber pengetahuan melalui pengalaman batiniah tersebut. Ia hanya mengandalkan fakta-fakta belaka.

B.    Biografi Charles Robert Darwin (1809-1882)

Darwin adalah seorang ahli pengetahuan alam (naturalis) berkebangsaan Inggris. Teorinya tentang evolusi organik melewati seleksi alamiah telah menyebabkan perubahan besar dalam sains biologi, filsafat dan pemikiran keagamaan.

Charles Darwin , naturalis Inggris, yang lahir di Shrewsbury 9 Februari 1809 adalah cucu seorang dokter dan ahli Biologi spekulatif ternama Inggris abad ke-19, Erasmus Darwin. Ayahnya sendiri Robert Darwin, adalah seorang dokter negara yang kaya. Oleh ayahnya yang menginginkan dia menjadi dokter, ia dikirim belajar ilmu kedokteran di Universitas Edinburg yang bergengsi. Tetapi minat Darwin pada biologi membuatnya tahun 1827 hengkang dan belajar Biologi di Christ’s College Cambridge.

Surat dari seorang teman, Henslow, yang mengajaknya mengisi lowongan sebagai naturalis di salah satu kapal penelitian kerajaan, ”HMS Beagle” membuka cakrawala baru baginya saat ia ikut melakukan ekspedisi penelitian ke Amerika Selatan dan laut-laut belahan bumi selatan (1831-1836).
Temuan-temuan zoologi dan geologinya dalam ekspedisi itu menghasilkan banyak publikasi penting dan membentuk dasar-dasar bagi teori evolusinya yang menggemparkan dunia.

Dia menggumuli secara diam-diam teori evolusinya selama kurang lebih 20 tahun, sebelum ia mempublikasikan sebuah paper di tahun 1858 bersama A.R. Wallace.

Bukunya, The Origin of Species by Means of Natural Selection (1859) ini, langsung memicu kontroversi dan perdebatan luas, namun teorinya itu dengan cepat juga diterima di kalangan akademisi, tapi ditolak keras oleh kaum agamawan.

Sekalipun ide-ide Darwin masih akan dimodifikasi lebih lanjut oleh perkembangan-perkembangan dalam ilmu genetika dan biologi mulekuler, namun karyanya ini tetap memainkan peran sentral dalam teori evolusi modern.

Karya-karya Darwin selanjutnya yang penting di antaranya: Variation in Animals and Plants under Domestication (1868); Descent of Man (1871).   Karyanya yang cukup besar adalah Origin of Species ditulis tahun 1859 dan Descent of Man (1871) yang telah memberikan bukti dengan fakta kepada anggapan bahwa spesies-spesies itu mempunyai hubungan satu dengan yang lainnya dalam garis ke atas dan bahwa manusia itu berasal dari kelompok binatang yang sama seperti simpanse dan lain-lain kera.
Ia meninggal tahun 1882 dan dimakamkan di Westminster Abbey.

C.    Pemikiran Charles Darwin

1.    Darwinisme

Charles Darwin (1809-1882) adalah sarjana terkenal yang membawa teori evolusi sehingga teori itu sering dinamakan Darwinisme. Namun, sebutan tersebut sesungguhnya keliru karena banyak sarjana evolusi yang kurang mengikuti pandangan Darwin atau hanya mengikuti sebagian saja. Darwin adalah ahli zoologi yang menelaah pengalaman-pengalaman dari para pemelihara burung merpati di Inggris. Ternyata dengan cara pemeliharaan yang berencana dan tekun, mereka berhasil memperoleh burung merpati yang jenisnya amat berbeda dari jenis semula.

Jenis (spesies) binatang atau tumbuhan adalah kesatuan binatang atau tumbuhan yang memiliki ciri-ciri hakiki yang sama. Antara mereka mungkin saja terjadi perkawinan, hingga menghasilkan keturunan. Teori Darwin membatasi diri pada evolusi biologis, tidak menyangkut evolusi kosmos.

Darwin menyimpulkan bahwa yang dapat dicapai oleh manusia dengan cara berencana, dapat pula tercapai oleh alam sendiri dengan cara seleksi. Ia berpandangan bahwa dalam perjuangan hidup (struggle of life) hanya hewan yang paling ulet dan paling mampu menyesuaikan diri dengan iklim dan keadaan geologislah yang dapat bertahan (survival of the fittest). Hewan itu cukup punya kelincahan dan keluwesan (flexibility) untuk berubah sedikit secara biologis jika iklim dan keadaan geologis menuntutnya.

Keunggulan (fitness) paling terbukti dengan adanya banyak keturunan yang sehat. Keturunan dari hewan yang kuat ini terus mengalami perubahan sedikit demi sedikit. Perubahan-perubahan yang berjalan selama jutaan tahun itu akhirnya mengakibatkan timbulnya jenis binatang yang masing-masing cukup berbeda, dengan variasi yang berlipat ganda. Dalam buku The Origin of Species by Means of Natural Selection, terbitan 1859, Darwin merumuskan pengalaman dan kesimpulan tersebut. Pokok pandangannya bahwa semua jenis binatang berasal dari satu sel purba.

Pada tahun 1871, Darwin menerbitkan buku kedua yang menghebohkan dunia, dengan judul The Descent of Man (Asal Usul Manusia). Dalam buku ini ia menerapkan teorinya pada manusia. Binatang yan paling maju, yaitu kera, dengan mengalami proses struggle of life sedikit demi sedikit berubah, dan dalam jenisnya yang paling maju mengarah ke wujud manusia. Dari binatang berkembanglah manusia. Pandangan Darwin diperkuat dengan penemuan manusia Neandertal pada tahun 1856.

Darwin memahami evolusi sebagai proses yang bertahap. Paham ini disebut gradualisme. Tidak ada loncatan. Dia berusaha menerangkan pluralitas jenis (spesies). Terdapat 10 juta jenis binatang dan 2 juta jenis tumbuhan. Diuraikannya pluralitas itu dengan contoh burung kutilang pengejek di Kepulauan Galapagos (Ekuador). Terdapat tiga jenis burung kutilang pengejek yang berasal dari leluhur yang sama.

Apakah Darwin seorang ateis seperti yang sering dituduhkan oleh para penentang teori evolusi? Kurang jelas. Ia dididik dalam agama Anglikan, bahkan mempertahankan tafsiran harfiah atas Kitab Suci, kemudian menganut agnostisisme (aliran yang menyangkal pengetahuan apa pun mengenai Tuhan).

2.    Evolusionisme

Evolusionisme atau teori evolusi adalah suatu interpretasi tentang bagaimana proses perkembangan segala bentuk kehidupan, baik evolusi dalam arti biologi maupun evolusi dalam arti evolusi organik. Teori evolusi tidak sama dengan darwinisme. Darwinisme adalah suatu penjelasan bagaimana suatu jenis dapat muncul dari jenis yang lain.

Menurut Bertrand Russel, teori Darwin terdiri dari dua bagian. Bagian pertama adalah doktrin tentang evolusi yang menyatakan bahwa bentuk-benuk kehidupan yang beraneka  ragam itu telah tercipta dan berkembang secara berangsur-angsur dari suatu tingkat asal yang rendah. Walaupun doktrin ini bukan merupakan yang mula-mula, namun kini telah diterima secara umum. Jasa Darwin dalam hal ini ialah kemampuannya dalam memberikan sekumpulan fakta dan bukti-bukti ilmiah terhadap doktrinnya yang sebelumnya kurang begitu dikenal. Sebagaimana dijelaskan oleh H. Titus bahwa evolusi organik telah dikenal dan berasal dari Yunani Purba. Akan tetapi, doktrin tersebut masih spekulatif alias tanpa bukti. Anda mungkin kenal dengan pendapat Anaximander (611-546 SM), Empedocles (490-439 SM) dan Anaxagoras (500-428 SM). Aristoteles konon telah mempelajari sekitar 500 jenis binatang dan mengadakan klasifikasinya, bahkan Darwin mengaku berhutang budi kepada karya Aristoteles.

Sebelum muncul Darwin telah muncul peneliti tentang teori evolusi seperti Linnaeus, Lyell, Erasmus, kemudian datanglah Darwin dan Lamarck. Di antara tahap penting dalam sejarah evolusi organik dapat kita sebutkan antara lain, teori warisan sifat-sifat yang diperoleh (theory of inheritance of acquired characteristic) ciptaan Lamarck, teori pilihan alamiah dari variasi nasib (natural selection of chance) Darwin, dikenal dengan teori natural selection – inkhitab sina’iyy. Weismann menciptakan teori kelangsungan benih (germinal continuity). De Vries menciptakan teori mutasi (mutations), Mendel menciptakan kaidah warisan (low of inheritance) serta Morgan menciptakan teori jenis (theory of the genes). Teks buku biologi yang baik atau ensiklopedia tentu akan memuat pembicaraan tentang karya para cendikiawan dan sejarah karya-karya tersebut.

Bagian kedua dari teori Darwin ialah tentang perjuangan hidup dan kelangsungan hidup bagi yang paling sesuai atau suatu struggle for life and the fittest yang kemudian dikenal dalam karya filsuf Arab dengan istilah Sira fi Sabil Al-baqa aw baqa al-aslah. Teori ini mempunyai implikasi kepada tahap perkembangan flora dan fauna. Flora dan fauna yang mampu bertahan hidup adalah yang paling baik nasibnya dan paling bertahan terhadap lingkungan sekitarnya. Bertrand Russel mengkritik teori Darwin yang menyatakan bahwa asal-usul pada tingkat yang sama rendahnya dengan hewan. Russel mempertanyakan, “Dalam tahap evolusi yang bagaimanakah manusia atau asal-usul semi-manusia itu mulai berada pada tingkat yang sama? Andai Phitecanthropus telah dididik dengan pantas, dapatkah ia bekerja sebaik Newton? Apakah Plitdown Man akan berkeinginan menulis sajak-sajak Shakespeare bila ada orang yang menghukumnya karena pelanggaran?” seorang egalitarian yang tegas yang menjawab pertanyaan-pertanyaan tadi dengan “ya” akan memaksakan dirinya menganggap bahwa kera (Ape) sama dengan manusia. Dan menngapa berhenti pada kera? Inilah soal yang tak terjawab.

3.    Tafsiran-tafsiran tentang Manusia

Untuk memahami apakah evolusi, kita harus menjauhkan diri dari kesalahtafsiran-kesalahtafsiran yang sering terjadi.

Pertama, teori evolusi tidak berarti atau mengandung arti bahwa semua bentuk yang hidup cenderung mengarah kepada manusia, atau bahwa jenis yang ada itu tentu akan menjadi jenis lain. Teori evolusi tidak berarti bahwa manusia berasal dari monyet atau monyet yang lebih sempurna.
Kedua, evolusi tidak sama dengan darwinisme.

Ketiga, teori evolusi bukanlah keterangan tentang watak dan asal dari kehidupan itu sendiri. Teori evolusi adalah interpretasi deskriptif tentang bagaimana suatu jenis menjelma dari jenis yang lain. Interpretasi semacam itu mungkin bersifat mekanistis, vitalistis dari teologis, mungkin juga bersifat theistic (ber-kebutuhan) atau non-theistic (tidak berkebutuhan).

Keempat, teori evolusi tidak seharusnya mengingkari agama atau kepercayaan kepada Tuhan. Hendaklah kita ingat bahwa teori evolusi tidak menerangkan asal-usul watak kehidupan atau kemauan untuk hidup. Secara falsafi, pilihan alamiah (natural selection = inkhitab sina’iyy) tidak dapat menjelaskan bermacam-bermacam persoalan; ia bukan faktor kreatif dalam evolusi, tetapi hanya merupakan usaha untuk menghilangkan bentuk-bentuk kehidupan yang tidak dapat bertahan menghadapi lingkungan.

Sebenarnya, evolusi Darwin ini dari sudut filsafat tidak banyak berbeda dari positivisme tentang pendapatnya mengenai pengetahuan. Hanya yang dialami sajalah yang sungguh-sungguh, selain itu bukanlah kesungguhan atau sekurang-kurangnya manusia tidaklah tahu akan hal-hal yang mengatasi pengalaman. Karena yang memajukan teori ini Darwin, teori disebut Darwinisme.

Sebetulnya Darwin tidak memajukan sistem filsafat. Yang berfilsafat berdasarkan evolusionisme ialah Herbert Spencer (1820-1903). Bukunya yang terkenal: System of Synthetic Philosophy. Bukan ada, demikian uraiannya, yang dapat dikenal, melainkan menjadi… ilmu merupakan sebagian dari pengetahuan menjadi itu, sedangkan filsafat adalah keseluruhannya. Ilmu itu berpangkal pada beberapa kebenaran apriori ketidakmusnahan bahan, kebakaan gerak, dan pertahanan kekuatan.

Evolusi ialah peralihan hubungan yang lebih erat (integration) dalam bahan, yang dengan sendirinya disertai oleh perluasan gerak (dissipastion). Dengan demikian, terjadilah sesuatu yang sulit dan rumit dari yang dulu sederhana; hidup dari bahan mati (tak-hidup); manusia dari alam organik. Evolusi itu memberikan keterangan pada hubungan gejala-gejala satu sama lain.

Menurut Hitti, berbicara tentang evolusi, Ikhwan Al-Shafa’ menjelaskan bahwa alam mineral, alam tumbuh-tumbuhan, alam hewan, dan alam manusia merupakan satu rentetan yang sambung-menyambung. Alam mineral terlebih dahulu ada, lama sebelum alam tumbuh-tumbuhan, setelah tumbuh-tumbuhan, barulah ada alam hewan, hewan laut sebelum hewan daratan, dan hewan ada berabad-abad sebelum manusia. Pada puncak alam hewan terdapat hal yang banyak persamaannya dalam bentuk dan kelakuan dengan manusia. Ibn Miskawaih mempunyai teori yang sama. Evolusi dari alam mineral ke alam tumbuh-tumbuhan terjadi melalui merjan, dari alam tumbuh-tumbuhan ke alam binatang melalui pohon kurma dan dari alam hewan ke alam manusia melalui kera.

4.    Bukti Yang Memperkuat Teori Evolusi

Banyak pembuktian teori evolusi ini didasarkan atas analogi. Di antaranya mengenai ciri-ciri khas yang serupa yang dijelaskan dengan sangat baik oleh persamaan keturunan, seperti ciri khas yang dimiliki anak dan orang tua, semakin dekat hubungannya, semakin banyak persamaannya.

Melalui pembuktian empiris dapat ditunjukkan fakta bahwa semua embrio dari binatang melata yang hidup di darat, burung, dan binatang memiliki struktur seperti alur rahang pada ikan dan binatang amfibia.

Bukti terakhir berupa catatan sejarah dalam bentuk susunan batu-batuan yang lebih tua menunjukkan fosil-fosil yang banyak jumlahnya dan organisme yang sederhana. Banyak di antaranya yang menunjukkan pertambahan ukurannya yang mungkin untuk menghadapi keadaan-keadaan baru.

5.    Kelemahan Teori Evolusi Darwin

Teori evolusi sebagai teori ilmu seperti teori-teori lainnya, tidaklah mengandung kebenaran yang mutlak. Kebenaran teori ilmu bergantung pada data-data tempat ia berpijak. Apabila ditemukan data baru atau diperbaharuinya data lama, suatu teori dapat jatuh. Berakhirlah kebenaran teori lama untuk digantikan oleh teori baru. Teori ini adalah benar selama belum terjatuhkan.

Teori evolusi makin lama makin nyata kelemahannya. Kelemahan yang banyak diperdebatkan ialah tentang ”missing link”, yakni putusnya hubungan atau tidak ditemukannya jenis dari bangsa hewan kepada jenis manusia. Empat belas pokok-pokok teoi Darwin telah dibatalkan oleh penemuan-penemuan ilmiah sesudahnya. Yang bertahan dari teori itu hanyalah garis besarnya saja.

Teori evolusi memberatkan pandangan pada satu segi saja, yakni ia menekankan persamaan pada sudut jasmaniah sambil mengabaikan segi perbedaan asasi pada sudut rohaniah. Antara robot dan manusia memang ada segi persamaan, tetapi segi perbedaannya jauh lebih asasi. Rekaman fosil memberi gambaran yang jelas bagaimana makhluk berdiri tegak. Otak besar yang bernama hominid berkembang dari nenek moyang yang mirip kera. Banyak tengkorak kepala dan tahap perantaranya yang telah ditemukan. Ini memperlihatkan bahwa berjalan tegak adalah tahap pertama dan bahwa ukuran otak perlahan-lahan membesar setelah itu. Bukti molekuler menyiratkan bahwa garis-garis pada kera berpisah kira-kira 5 juta tahun yang lalu.

Kaum finalisma datang membela. Menurut mereka, terhentinya evolusi otak, karena justru tujuan evolusi ialah mewujudkan manusia budiawan. Sebab tujuannya sudah tercapai, evolusi pun terhenti. Kalau demikian, siapakah yang menentukan tujuan itu dan siapakah yang menyusun keteraturan yang amat rapi ini? Alam yang berevolusi itu tak mungkin menentukan tujuan dan menyusun keteraturan, karena ia tidak berakal. Ia hanya sekedar takluk pada hukum, yang dibebankan kepadanya. Jawaban yang tersedia ialah pencipta alam itulah yang menentukan tujuan dan menyusun keteraturan. Pencipta itu disebut oleh agama sebagai Tuhan. Dengan demikian, teori evolusi bukanlah menjauhkan kita dari Tuhan.

Kesimpulan jawaban ilmu terhadap pertanyaan tentang asal manusia adalah manusia berasal dari hewan. Ia lahir di ujung evolusi dunia binatang. Darwin meneorikan: manusia dan monyet bermoyangkan sama, yakni kera purba. Teori ilmu itu adalah jawaban akal manusia. Manusia adalah makhluk yang nisbi, karena itu akalnya terbatas, betapa pun melonjak tingginya ilmu dan teknologi yang dihasilkan di masa modern kini. Karena terbatasnya akal, nisbi pulalah teori yang disusunnya. Oleh karena itu, tak heran jika muncul kriik-kritik terhadap teori Darwin.

Bagaimana alam yang tidak berakal itu menjadikan dan mengarahkan dirinya dalam proses evolusi? Keteraturan yang serba tetap dan pengarahan evolusi yang disimpulkan dengan hukum alam baru dapat diterima oleh pikiran kita, kalau di belakang alam itu terdapat kekuasaan yang mengatasi alam, menggariskan hukum yang dipatuhi oleh alam dan mengaturnya. Kekuasaan itulah yang disebut dalam agama dengan istilah Tuhan.

Dalam dunia ilmu, data-data yang ditemukan pada alam menjadi dasar teori evolusi, sedangkan dalam agama Islam data-data yang ditemukan dalm Al Quranlah yang menjadi dasar ajaran tentang asal kejadian manusia.

Di samping jawaban ilmu dan agama tentang asal kejadian manusia, terdapat dua jenis filsafat yang memberikan jawaban terhadap masalah tersebut:
  1. Hasil pemikiran yang sistematik, radikal, dan universal berdasarkan data-data yang dihimpun oleh ilmu.
  2. Hasil pemikiran yang sistematik, radikal, dan universal berdasarkan naql.
6.    Teori Evolusi Dalam Al Quran

Dalam ajaran Islam, Al Quran tidak menguraikan secara rinci proses kejadian Adam, yang oleh mayoritas ulama dinamai manusia pertama. Yang disampaikannya dalam konteks ini hanya: 1) bahan awal manusia adalah tanah; 2) dan kemudian bahan-bahan tersebut disempurnakan; 3) setelah proses penyempurnaan selesai, ditiupkan kepadanya roh Ilahi (Q.S Al Hijr: 28-29, Shad: 71-72).

Apa dan bagaimana penyempurnaan itu, tidak disinggung oleh Al Quran. Dari sini terdapat sekian banyak cendekiawan dan ulama Islam, jauh sebelum Darwin yang melakukan analisis sehingga berkesimpulan bahwa manusia diciptakan melalui fase atau evolusi tertentu, dan bahwa ada tingkat – tingkat tertentu yang menyangkut ciptaan Allah. Akan tetapi, bahwa kesimpulan tersebut tidak sepenuhnya sama dengan rincian teori evolusi yang dirumuskan oleh Darwin.

Dalam hal ini dapat dimengerti dari uraian pakar tafsir Syekh Muhammad Abduh yang menyatakan bahwa seandainya teori Darwin tentang proses penciptaan manusia dapat dibuktikan kebenarannya secara ilmiah, tidak ada alasan Al Quran untuk menolaknya. Al Quran hanya menguraikan proses pertama, pertengahan, dan akhir. Apa yang terjadi di antara proses pertama dan pertengahan, serta antara pertengahan dan akhir, tidak dijelaskan.

Abbas Al-Aqad, seorang ilmuwan dan ulama Mesir kontemporer, dalam bukunya Al-Insan fi Al-Quran mempersilakan setiap muslim untuk menerima atau menolak teori itu berdasarkan penelitian ilmiah tanpa melibatkan Al Quran sedikit pun, karena Al Quran tidak berbicara secara rinci tentang proses kejadian manusia pertama.

Dari uraian di atas, dapat dipahami bahwa ide-ide mengenai evolusi telah terjadi, meskipun mungkin masih ada pertentangan-pertentangan dalam hal detail-detailnya tentang bagaimana evolusi terjadi, fakta bahwa evolusi memang terjadi tidak lagi diragukan di antara para ilmuwan.

Evolusionalisme merupakan suatu interpretasi tentang bagaimana proses perkembangan segala bentuk kehidupan, baik evolusi dalam arti biologi maupun evolusi dalam arti evolusi organik. Evolusionisme tidak selalu identik dengan Darwinisme mengenai ide-ide evolusi yang dibangunnya, terutama mengenal teori penciptaan atau asal-usul manusia yang berasal dari jenis simpanse.

Missing link adalah salah satu di antara kelemahan-kelemahan teori evolusi Darwin, sehingga banyak di antara para scientis yang mengkritik teorinya itu. Sebagai umat Islam, kita masih diberi peluang untuk menerima, bahkan menolak teori evolusi tersebut berdasarkan fakta ilmiah, karena dalam kitab suci tidak dijelaskan secara detail.

DAFTAR PUSTAKA

Dahler, Franz Teori Evolusi: Asal dan Tujuan Manusia, Yogyakarta: Kanisius, 2011.
Darwin, Charles, The Origin Of Species – Asal-usul Spesies; Penerjemah Tim UNAS, Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 2003.
Harold H. Titus, Marilyn S. Smith, dan Richard T. Nolan, Living Issues in Pholisophy - Persoalan-Persoalan Filsafat; Penerjemah: Rasjidi, Jakarta: PT Midas Surya Grafindo, t.th.
Lexicon Universal Encyclopedia, New York: Lexicon Publication, Inc, 1983.
Praja, Juhaya S., Aliran-Aliran Filsafat & Etika Cet. Ke-3, Jakarta: Prenada Media, 2008.
Solihin, Perkembangan Pemikiran Filsafat Dari Klasik Hingga Modern, Bandung: CV Pustaka Setia, 2007.

Subscribe to receive free email updates:

0 Response to "POSITIVISME DAN PEMIKIRAN CHARLES DARWIN"

Posting Komentar